REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah menyusun rencana kontingensi untuk ancaman gempa sesar Lembang dan sesar Cimandiri. Dokumen tersebut memuat diantaranya tentang perkiraan dampak gempa, jalur dan titik evakuasi serta penanggulangan bencana yang dilakukan.
"2018 sudah dibuat (dokumen kontijensi), sekarang mau dibuat FGD dulu sama ahli. Baru diajukan ke Wali Kota Bandung," ujar Kepala Bidang (Kabid) Penanggulangan Bencana, Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana, Kota Bandung, Sihar Pandapotan, Selasa (19/11).
Dalam dokumen tersebut, ia mengungkapkan terdapat diantaranya titik dan jalur evakuasi serta bantuan penanggulangan bencana apabila terjadi gempa sesar Lembang dan sesar Cimandiri.
Dirinya mengungkapkan, apabila sesar Lembang terjadi pada 7.1 magnitudo lebih dengan kepadatan bangunan dan penduduk. Maka dampak kerugian dan korban bisa tiga kali terjadi melebihi gempa di Palu.
Menurutnya, pihaknya terus berupaya melakukan upaya mitigasi bencana dengan sosialisasi kebencanaan kepada warga. Tercatat katanya pada 2018 hingga saat ini sudah 18 kelurahan yang dilakukan sosialisasi kebencanaan.
Saat ini, Sihar mengatakan indeks risiko bencana atau rawan bencana Kota Bandung menempati urutan antara 52 atau 57 di kabupaten-kota se-Indonesia. Pihaknya pun pada 2020 akan membuat dokumen kontijensi banjir.
Ia menambahkan, pada akhir 2019 pihaknya akan melakukan antisipasi terhadap ancaman banjir bandang di Kota Bandung. Menurutnya, beberapa daerah rawan bencana berada pada wilayah yang berkaitan dengan wilayah lain seperti Kabupaten Bandung.
Dirinya mengatakan jumlah anggaran untuk penanggulangan bencana pada 2019 hanya mencapai Rp 900 juta dan pada 2020 mendatang sebesar Rp 1,3 miliar. "2019, Rp 900 juta dan ke depan Rp 1,3 miliar," katanya.