Rabu 20 Nov 2019 17:32 WIB

Observasi Hepatitis A, 70 Pelajar SMPN 20 Dicek Darah

Kegiatan sekolah SMPN 20 Depok tetap berjalan agar penyebaran virus tak meluas.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Friska Yolanda
SMPN 20 Depok. Siswa diduga terkena suspeck Hepatitis A. Ada 41 siswa yang diduga terkena suspeck Hepatitis A.
Foto: Republika/Rusdy Nurdiansyah
SMPN 20 Depok. Siswa diduga terkena suspeck Hepatitis A. Ada 41 siswa yang diduga terkena suspeck Hepatitis A.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Untuk mengetahui benar tidaknya puluhan pelajar yang diduga teridentifikasi penyakit Hepatitis A, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok melakukan pengambilan darah untuk uji laboratorium dan observasi. Tercatat sebanyak 70 pelajar SMPN 20 Depok yang sakit diduga terserang penyakit Hepatitis A dan yang masih aktif bersekolah diambil darahnya.

Data Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok ada 40 pelajar dan tiga guru SMPN 20 Depok yang beralamat di Rangkapan Jaya, Pancoran Mas, yang dilaporkan diduga terserang penyakit Hepatitis A. Saat ini, pelajar dan guru tersebut menjalani perawatan di beberapa rumah sakit di Kota Depok.

Baca Juga

"Ada 40 pelajar dan tiga guru yang diduga terserang penyakit Hepatitis A dan telah mendapat perawatan di beberapa rumah sakit. Saat ini Dinkes Kota Depok juga telah mengambil sampel darah dari 70 pelajar yang terserang penyakit Hepatitis A dan yang masih aktif bersekolah," ujar Kepala Disdik Kota Depok, Mohammad Thamrin di Balai Kota Depok, Rabu (20/11).

Menurut Thamrin, tes darah dan uji laboratorium akan dilakukan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Jabar). Hasilnya baru dapat diketahui setelah 14 hari. 

"Kita tunggu saja hasilnya, apakah para pelajar itu terserang virus Hepatitis A atau karena penyakit lainnya. Dari Dinkes Kota Depok mengatakan hasil uji labarotorium itu 14 hari," terangnya.

Selain diambil darah, Dinkes Kota Depok juga mengambil sampel makanan dan minuman yang ada di kantin sekolah dan di lingkungan sekitar sekolah. Dinkes juga mengambil sampel air sumur pompa di sekolah untuk di uji laboratorium.

"Kami menunggu hasil labrotorium, jadi kami perlu meliburkan proses belajar mengajar di SMPN 20 Depok. Pihak Dinkes Kota Depok juga tidak merekomendasi untuk sekolah diliburkan karena pertimbangan akan kesulitan mengatasi penyakit tersebut. Jika diliburkan maka penyebaran virus akan meluas dan lebih baik di dalam sekolah untuk mudah dipantau kesehatannya," tutur Thamrin.

Namun begitu, Thamrin juga belum bisa meningkatkan status itu menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Pihaknya akan melihat terlebih dahulu hasil uji laboratorium. 

"Saat ini kami hanya berupayakan melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ke para pelajar, guru dan orang tua murid. Responnya cukup bagus dan mereka juga sepakat sekolah tidak perlu diliburkan," jelasnya.

Kepala Sekolah SMPN 20 Depok, Komar Suparman mengutarakan, Dinkes Kota Depok telah menerjunkan petugas kesehatan yang terdiri tenaga perawat dan dokter ke sekolah. Selain itu juga diterjunkan petugas kesehatan, perawat dan dokter dari dua puskesmas yakni Puskemas Rangakpan Jaya dan Puskesmas Pancoran Mas.

"Mereka melakukan penyuluhan prilaku hidup bersih dan sehat serta memantau dan mengawasi kesehatan para pelajar yang masih bersekolah," terangnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement