Jumat 22 Nov 2019 23:59 WIB

BI: Perekonomian DIY Terjaga Pada Level Optimis

Level optimis berdasarkan survei konsumen BI pada Oktober 2019

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang batik melayani pembeli di los batik Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Rabu (25/9/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Pedagang batik melayani pembeli di los batik Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Rabu (25/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan mengatakan, perekonomian DIY tetap terjaga pada level optimis. Hal tersebut ia katakan berdasarkan survei konsumen yang dilakukan BI pada Oktober 2019. 

Ia menjelaskan, tetap terjaganya optimisme konsumen ini karena ditopang oleh optimisme terhadap kondisi ekonomi saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu. Sebab, kondisi ekonomi saat ini membaik. 

"Konsumen juga optimis enam bulan ke depan (April 2019), kondisi ekonomi DIY akan semakin membaik," kata Hilman dalam keterangan resminya, Jumat (22/11). 

Menurutnya, terjaganya perekonomian DIY pada level optimis tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 144,1. Angka ini jauh di atas batas indeks 100. 

"Indeks tersebut terpantau sedikit terkoreksi 0,3 poin dari indeks bulan sebelumnya, namun naik 11,1 poin dari indeks bulan yang sama tahun lalu," jelasnya. 

Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) pada Oktober ini, katanya, juga terjaga pada level optimis. Meskipun sedikit terkoreksi 0,8 poin dari capaian September 2019 menjadi 135,5 poin.  

"Tetap terjaganya optimisme ini terkonfirmasi oleh keyakinan sebagian besar responden bahwa kegiatan usaha saat ini relatif membaik dibandingkan enan bulan  lalu," ujarnya.

Terkoreksinya IKE, dimotori oleh turunnya keyakinan konsumen terhadap penghasilan saat ini. Namun, tetap terjaga dalam level optimis dengan indeks 134,0 poin. 

Hilman juga mengatakan, konsumen juga optimis ekonomi DIY akan semakin membaik enam bulan ke depan. Hal ini terindikasi dari naiknya Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 0,2 poin menjadi 152,7 poin. 

Kenaikan IEK, kata Hilman, dimotori oleh meningkatnya Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Pekerjaan sebesar 4,5 poin ke level 148,5 poin. Yang mana, dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan atau proyek pemerintah/swasta dan membaiknya kondisi ekonomi. 

"Hal itu diperkirakan mendorong masuknya aliran dana investasi asing ke Indonesia. Sehingga jumlah perusahaan asing yang beroperasi di dalam negeri semakin bertambah," ujarnya. 

Seiring dengan penguatan ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan, konsumen juga meyakini adanya kenaikan penghasilan enam bulan mendatang. Kondisi ini berdasarkan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen pada Oktober 2019 sebesar 154,0 poin. 

Hal tersebut didorong karena adanya kenaikan upah dan kenaikan omset usaha pada enam bulan ke depan dibandingkan saat ini. "Meski dengan level indeks yang sedikit terkoreksi sebesar 3,5 poin dibandingkan indeks bulan sebelumnya," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement