Oleh: Sri Husodo
Assalaamualaikum Wr Wb
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia
Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah Al-Mukaramah menuju Madinah Al-Munawarah dimaknai beragam oleh umatnya, khususnya umat muslim Indonesia. Tapi paling sering diperlihatkan dan menjadi rujukan publik adalah hijrah sebagaimana yang dilakukan oleh para artis tanah air akhir-akhir ini. Berhenti dan keluar dari hingar-bingar dunia hiburan dan memilih hidup sederhana dengan balutan nilai-nilai agama. Tidak sampai di situ, hampir semua panutan publik yang melakukan hijrah ini juga merubah gaya dan penampilanya. Paling melekat adalah memakai baju koko dan memanjangkan jenggot oleh artis laki-laki. Sedang mengenakan gamis besar, hijab besar, dan sebagian bercadar dilakukan artis perempuan. Tidak salah memang, namun jika merujuk pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw, hijrah bukanlah sekedar itu.
M Quraish Shihab penulis Tafsir Al-Misbah menyatakan, bahwa hijrah merupakan perbaikan diri dari yang buruk ke yang baik disertai niat yang sungguh-sungguh yang merupakan proses yang terus-menerus hingga nafas kita berhenti, karena tiada manusia yang akan berada pada satu titik kehidupan dan menyatakan bahwa hidupnya telah cukup sempurna tanpa lagi perlu memperbaiki diri. Ia juga memaknai hijrah sebagai upaya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di segala bidang. Baik kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Karenanya penting untuk membaca kembali peristiwa Hijrah Nabi dengan detail dan menyeluruh. Di mana dengan hijrahnya tersebut, salah satunya Nabi Muhammad saw justru bisa melahirkan Piagam Madinah. Yaitu sebuah undang-undang dari hasil kesepakatan bersama yang menjadi payung bagi seluruh umat baik muslim maupun non muslim. Tidak sekedar payung yang menjadi tempat berteduh semua golongan, tapi juga menjadi prasasti optimisme, di mana seluruh masyakat saat itu justru menjadi bersemangat untuk mewujudkan kehidupan ke depan yang lebih baik. Bisa dikatakan, melalui Piagam Madinah Nabi sebenarnya meletakkan karakter optimisme agar umatnya selalu memiliki semangat juang yang tinggi dalam berdakwah dan menebarkan kebaikan.
Dalam Al-Qur’an, Allah SwT menekankan kepada hambanya untuk memiliki jiwa optimis. Di antaranya :
وَلَلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ ٤
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). (QS Ad-Dhuha ayat 4)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ١٨
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Hasyr ayat 18)
Sayangnya, tidak sedikit yang menafsirkan ‘hari kemudian’ (QS Ad-Dhuha ayat 4) dan ‘hari esok’ (QS Al-Hasyr ayat 18) di atas sebagai hari akhir atau kehidupan selanjutnya manusia setelah alam dunia ini. Karenanya kemudian tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa dunia memang tempatnya orang kafir, makanya wajar sekarang orang kafir yang merajai dunia yang fana ini. Dan sebaliknya sangat percaya bahwa orang muslim memang menjadi sengsara di dunia tapi akan menang di akhirat kelak. Jika demikian memang diyakini benar, tapi kenapa Allah SwT memerintahkan:
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-Qashas ayat 77)
Tidak salah menafsirkan ‘hari kemudian’ dan ‘hari esok’ sebagaimana di atas. Tapi jangan itu dijadikan sebagai ‘alasan’ bahwa umat Islam layak kalah di kehidupan dunia ini. Pendapat yang demikian dirasa kurang tepat karena justru menimbulkan pesimisme, sehingga umat menatap kehidupan dunia dengan sudut yang negatif bukan positif. Bukankah Nabi dengan hijrahnya menyematkan jiwa optimis, hingga beliau kemudian diangkat sebagai kepala negara, yang semua kaum berharap kepemimpinanya membawa kepada kehidupan yang lebih baik? Itu artinya Nabi ingin umatnya menjadi penentu peradaban dunia. Itulah kemenangan yang sesungguhnya yang hanya bisa dicapai dengan mengedepankan jiwa yang optimis.
Bukankah dalam setiap doa selalu terselip kalimat:
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ٢٠١
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Al-Baqarah ayat 201). Hanya orang-orang yang optimis yang mampu meraih kebaikan dunia-akhirat.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَ الْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنِ وَ لَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ, أَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَعْوَاتِ. اللّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا الْإِيْمَانَ وَالحِكْمَةَ وَأَوْزِعْنَا أَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَتِي أَنْعَمْتَ عَلَيْنَا.
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ ، وَجَنِّبْنَا الفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، وَبَارِكْ لَنَا فيْ أَسْمَاعِنَا ، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوْبِنَا ، وَأَزْوَاجِنَا ، وَذُرِّيَّاتِنَا ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ ، مُثْنِيْنَ بِهَا ، قَابِلِيْهَا ، وَأَتَمَّهَا عَلَيْنَا
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ,وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ,وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ, وَ الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
Penulis Anggota MPI PDM Sleman