REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengadakan dialog Women of Afganistan: Bridging the Gap and Sharing Experiences. Tujuan utamanya yakni mendukung proses perdamaian di Afghanistan.
Indonesia memiliki komitmen dalam proses perdamaian di negara yang dilanda perang selama bertahun-tahun itu. Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi memaparkan bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar. Sekitar 87 persen atau hampir 90 persen dari penduduk Indonesia beragama Islam. Negara Indonesia juga negara di mana demokrasi tumbuh subur dan hidup dengan penuh semangat.
"Banyak peran penting negara telah diemban oleh sosok perempuan di negara ini. Jadi kami akan berbagi mengenai peran perempuan dengan Afghanistan," kata Retno.
Retno mencontohkan peran perempuan diemban mulai dari Presiden tahun 2001-2004, dan wakil presiden tahun 1999-2001, Megawati Soekarno Putri dan untuk pertama kalinya Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dijabat oleh seorang perempuan yakni Puan Maharani. "Dan saya sendiri, Menteri Luar Negeri wanita pertama di Indonesia," ujar Retno.
Retno mengingat perkataan mantan Menlu Hassan Wirajuda pada saat Hillary Clinton mengunjungi Indonesia pada 2009. Saat itu dia menyebutkan bahwa jika ingin melihat Islam, demokrasi dan pemberdayaan perempuan berjalan beriringan, maka lihatlah Indonesia.
"Saya kutip pertanyaan dasarnya adalah tentu saja, bagaimana memberdayakan perempuan, bagaimana memastikan bahwa perempuan berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan tanpa ada halangan?," kata Retno.
Retno menegaskan empat elemen penting yang dapat mendukung pemberdayaan perempuan harus dijunjung dan diterapkan dengan baik. Elemen itu di antaranya pendidikan, pelatihan, pengembangan kapasitas, serta dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Dalam hal ini, mengingat perang yang masih mengintai Afghanistan, Indonesia selalu menekankan dukungan terhadap upaya perdamaian di negara itu. Dalam diskusi dengan pemerintah Afghanistan, dengan Taliban, Amerika Serikat (AS), Pakistan, Norwegia, Jerman, dan beberapa negara lain, Indonesia selalu mengatakan bahwa ada satu elemen yang layak mendapat perhatian penuh. "Yakni peran wanita dan pemberdayaan wanita," kata Retno.
Berkaitan dengan perempuan-perempuan Afghanistan, Retno menyampaikan bahwa Indonesia ada untuk mereka. Oleh karenanya, Indonesia ingin berkontribusi, bersama-sama belajar tentang masalah-masalah yang dihadapi saudari-saudari dari Afghanistan. "Kami di sini ada untuk kalian, kami mendengar kalian," Menlu Retno.
Menlu perempuan pertama Indonesia itu juga berharap bahwa diskusi tersebut tidak berhenti sampai hari ini. Ia berencana akan mengunjungi Afganistan untuk menindaklanjuti hasil diskusi. "Kita membutuhkan langkah-langkah konkret seperti follow-up karena Indonesia mendukung sepenuhnya. Nanti saya akan planning berkunjung ke Afganistan," ujar Retno.