Senin 02 Dec 2019 07:37 WIB

Enam Balita di Kota Bekasi Mengidap HIV

Kota Bekasi termasuk salah satu wilayah terbanyak pengidap HIV-AIDS di Jabar.

Rep: Riza Wahyu Pratama/ Red: Bilal Ramadhan
Mengungkap fakta HIV/AIDS di Indonesia.
Foto: Republika
Mengungkap fakta HIV/AIDS di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dinas Kesehatan Kota Bekasi menemukan enam balita mengidap HIV. Kasus tersebut ditemukan dalam kurun dua tahun, tahun 2018 terdapat empat balita, sementara tahun ini terdapat dua balita yang ditemukan mengidap HIV.

Di sisi lain, lembaga swadaya masyarakat, Rumah Sebaya, menghitung secara keseluruhan terdapat 19 balita yang mengidap HIV. Angka tersebut merupakan jumlah balita yang didampingi oleh Rumah Sebaya untuk berobat ke rumah sakit.

Berdasarkan data Analisis dan Situasi HIV-AIDS Dinas Kesehatan Kota Bekasi sampai dengan Agustus 2019, dalam jangka waktu 15 tahun (2004-2019), terdapat 5.142 orang pengidap HIV di Kota Bekasi. Dari jumlah tersebut, setidaknya terdapat 1.406 orang pengidap AIDS.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi Dezi Syukrawati mengatakan, pihaknya telah menemukan enam balita pengidap HIV. Kasus tersebut ditemukan pada tahun 2018 (empat kasus) dan tahun 2019 (dua kasus).

"Ada yang baru diketahui status HIV-nya ketika ada sakit yang lain," kata Dezi saat dihubungi Republika, Ahad (1/12).

Sementara itu, secara keseluruhan, Dinkes Kota Bekasi menemukan 554 pengidap HIV baru pada tahun 2017. Kemudian, pada tahun 2018, angka tersebut turun menjadi 360 orang. Terakhir, pada 2019, hingga bulan Juli setidaknya terdapat 145 pengidap HIV baru.

Sedangkan, kasus AIDS, Dezi menyebutkan, pihaknya menemukan 15 pengidap baru di tahun 2017. Kemudian, di tahun 2018, pihaknya menemukan tujuh pengidap AIDS baru. Sedangkan, pada tahun ini, pihaknya belum menerima laporan terkait adanya pengidap AIDS baru.

Dengan data tersebut, Dezi mengaku, pihaknya telah berhasil menurunkan angka penderita HIV-AIDS baru. Menurutnya, hal itu merupakan hasil dari sosialisasi yang gencar dilakukan oleh Pemkot Bekasi bersama beberapa komunitas penggiat.

Selain melakukan sosialisasi, Dinkes Kota Bekasi juga melakukan tes HIV yang di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Bekasi. Tes tersebut telah dilakukan di 42 puskesmas dan delapan rumah sakit.

"Fasyankes PDP (Perawatan Dukungan Pengobatan) yang ada di Kota Bekasi, adalah PDP yang ada di RSUD Chasbullah Abdul Majid, RS Ananda Bekasi, dan RS Elishabeth," ujar dia.

Dalam kesempatan yang sama, ia juga telah berupaya menekan penyebaran HIV-AIDS melalui pengetesan di beberapa tempat berisiko, seperti tempat hiburan malam, karaoke, panti pijat, dan spa. Ia menambahkan, kegiatan tersebut dilakukan atas kerja sama antara Dinas Kesehatan dan LSM di Kota Bekasi, seperti Gaya Patriot Bekasi, Grapiks Bekasi, dan Rumah Sebaya.

Salah seorang staf Rumah Sebaya, Nofia Erizka Lubis, menjelaskan, sejak tahun 2010 hingga saat ini, pihaknya telah mendampingi 1.500 orang dengan HIV-AIDS. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 500-600 orang yang masih aktif didampingi. Sementara sisanya, sebagian orang meninggal dunia ataupun pindah domisili.

"Kalau yang meninggal ada sekitar 300-an. Ada juga yang hilang kontak gitu saja," kata Nofia saat ditemui Republika di Kantor Rumah Sebaya.

Perempuan yang masih tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi itu mengaku, perantara penyebaran HIV-AIDS terjadi melalui empat cairan, yakni cairan sperma, cairan vagina, darah, dan air susu ibu (ASI). "Makanya, kalau ibunya positif HIV, dia dilarang untuk menyusui anaknya," kata dia.

Sementara itu, terkait persentase jenis kelamin ia memperkirakan, jumlah pengidap HIV-AIDS hampir seimbang. Namun, dari perbandingan tersebut, laki-laki cenderung lebih banyak. Ia juga menceritakan, setidaknya terdapat 19 anak balita yang pengidap HIV di Kota Bekasi.

Ia menceritakan, mayoritas masalah tersebut dipicu lantaran ibu dari anak tersebut tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap HIV. Ia juga menceritakan, ada beberapa ibu rumah tangga yang dia terkena HIV-AIDS dari suaminya.

"Ada juga kasus, suaminya dulu pemakai narkoba, tapi sembuh. Karena, dulu enggak terdeteksi pas nikah. Baru kemudian ternyata kena HIV dan nular ke istrinya," ujar Nofia.

Salah Satu Tertinggi

Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhiato Tjahyono menyebutkan, Kota Bekasi menduduki peringkat ketiga di Jawa Barat terkait jumlah pengidap HIV/AIDS, setelah Kota Bandung dan Kota Bogor. Ia pun turut prihatin lantaran, penyebaran virus tersebut tidak hanya terjadi pada orang dewasa. Namun, virus tersebut juga mulai diturunkan ke anak balita.

Ia beralasan, Kota Bekasi sebagai daerah urban penyangga ibu kota menjadi salah satu pemicu tingginya pengidap HIV-AIDS. Hal itulah yang menurutnya menimbulkan perilaku berisiko untuk terkena HIV-AIDS.

"Seks bebas, sering menggunakan jarum suntik yang berganti-ganti," kata Tri yang ditemui seusai acara AIDS Sedunia, Ahad.

Ia menambahkan, dalam rangka menanggulangi penyebaran HIV-AIDS, pihaknya telah bekerja sama dengan beberapa komunitas. Selain itu, untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS melalui Narkoba, pihaknya telah mengucurkan anggaran khusus melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol).

"Apresiasi para penggiat anti-AIDS yang telah melakukan edukasi, promosi preventif, dan juga pendampingan pada saat adanya korban," ujar Tri.

Sementara itu, Direktur RSUD Kota Bekasi, Kusnanto, menjelaskan, HIV-AIDS menular melalui perilaku seks bebas dan narkoba. Ia menyatakan, hingga saat ini belum ada obat yang dapat mematikan HIV-AIDS. Sementara itu, terkait dengan penanganan selama ini, pengidap HIV-AIDS diobati melalui penguatan sistem imun.

"Kalau sampai saat ini kita tidak bisa mengatakan bahwa itu bisa sembuh, tapi bisa dicegah," kata Kusnanto.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement