Selasa 03 Dec 2019 10:21 WIB

BPOM Denpasar Utamakan Awasi Parsel Jelang Nataru

Pengawasan untuk melihat peningkatan yang terjadi baik distribusi ataupun konsumsinya

Pedagang Parcel (ilustrasi)
Foto: Fakhri Hermansyah
Pedagang Parcel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- BBPOM Denpasar mengutamakan pengawasan parsel menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Tujuannya untuk melihat peningkatan yang terjadi baik distribusi ataupun konsumsi jumlahnyadi Bali.

"Kalau tahun baru kan tentu kita utamakan pengawasan parsel lebih intens apa ada peningkatan dikonsumsi atau distribusinya. Tapi kalau di Bali sih enggak terlalu menyolok, justru di Hari Raya Galungan, Kuningan itu yang distribusi jajan tradisionalnya meningkat," kata Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Denpasar, I Gusti Ayu Adhi Aryapatni, usai Media Gathering di Denpasar, Senin (2/12) malam.

Baca Juga

Ia mengatakan langkah pengawasan konkret yang dilakukan berupa pengawasan intensif pada distribusi makanan. Salah satunya seperti menjelang Lebaran beberapa waktu lalu, pihaknya menuturkan telah melakukan pengawasan parsel dan makanan terkait dari produk kedaluarsa ada atau tidaknya dijual dan juga produk rusak kemasan.

Selain itu, ke depannya BBPOM Denpasar akan meningkatkan pengawasan tidak hanya pangan. Tetapi juga pada obat-obat tradisional dan kosmetik. Caranya dengan melakukan pengujian. "Pengujian terhadap pangan dan kosmetik di setiap tahun kita lakukan. Ada 3.500 sampel obat makanan yang kita sampling dan kita uji untuk ditindaklanjuti harus sesuai hasil pengujian," jelasnya.

I Gusti Ayu Adhi Aryapatni mengatakan untuk pangan sering ditemukan bahan berbahaya terutama pada pangan tradisional. Sedangkan untuk kosmetik adanya bahan berbahaya yang dilarang seperti mengandung hidrokinon, merkuri dan retinoat dan pada di obat tradisional dilarang adanya penambahan bahan kimia obat.

"Persyaratannya obat tradisional kan harus semua dari herbal. Tapi ini ditambahkan zat kimia misalnya obat tradisional itu obat flu lalu ditambahin parasetamol, kalau untuk pegal linu ditambahin piroxicam dan asam mefenamat itu kan enggak boleh, sayangnya itu masih kita temukan di Bali," ucapnya.

Menurutnya, untuk pangan di Bali sudah tidak ditemukan lagi yang mengandung Rhodamin B dan boraks atau formalin. Kecuali pada ikan teri yang berukuran kecil. Ia juga mengajak masyarakat bersama mengawal agar pangan di Bali tetap aman dan tidak ditemukan lagi makanan dengan kandungan berbahaya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement