Rabu 04 Dec 2019 15:56 WIB

Pariwisata, Lokomotif Pembangunan Masa Depan Jawa Barat

Antara lain membangun KEK dan destinasi wisata baru.

Pariwisata, Lokomotif Pembangunan Masa Depan Jawa Barat
Pariwisata, Lokomotif Pembangunan Masa Depan Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Panorama indah, kebudayaan yang melimpah, kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, dan akses infrastruktur yang mulai terkoneksi satu dengan yang lain membuat Jawa Barat menjadi destinasi menarik bagi banyak wisatawan, baik nasional maupun mancanegara.  Salah satu atensi Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum memang tertuju pada peningkatan kepariwisataan, yang merupakan bagian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023. 

Mulai tahun 2019, Pemda Provinsi Jabar giat membangun infrastruktur baru yang akan mendukung kepariwisataan, seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pangandaran, KEK Cikidang, pembangunan enam destinasi pariwisata tipe 1 (seperti Curug Malela, Curug Cinulang, Amphitheater Ciletuh, Kebun Raya Kuningan, Galunggung dan Panyaweuyan), serta tujuh destinasi tipe 2 (seperti Waduk Darma dan Breakwater Pangandaran). 

photo
Jabar kaya akan seni tradisional dan budaya

Selain itu, Pemda Provinsi Jabar akan membangun pusat budaya di Subang dan Sumedang pada 2019. Kemudian, Pemda Provinsi Jabar pun bakal membangun enam creative center di Kota Bogor, Kota Cirebon , Kota Bekasi,  Subang, Sumedang, dan Purwakarta. Plus penataan alun-alun Kota Cirebon, Kab. Majalengka, Kab. Indramayu, Kab. Bandung, dan Kab. Bogor. Jika melihat perkembangan kepariwisataan secara global, langkah Pemda Provinsi Jabar sangat tepat. Berdasarkan data Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), kedatangan wisatawan internasional tumbuh 6 persen pada 2018. Perputaran uang di sektor pariwisata pun mencapai 1.332 miliar dollar Amerika Serikat pada 2017. 

Demikian pula di Indonesia, Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI melaporkan, sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar bagi ekonomi Indonesia pada 2020. Sekitar 5,25 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional berasal dari sektor pariwisata. Ekonom dari Universitas Padjajaran Dr. Ferry Hadiyanto bahkan berkata, kepariwisataan sudah terbukti mempunyai dampak positif bagi pembangunan suatu daerah karena multiplier effect yang diciptakan. Menurut dia, ada dua pengaruh yang ditimbulkan dari sektor pariwisata, yakni pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. 

photo
Jabar kaya akan destinasi wisata yang indah

''Pengaruh langsung muncul dari pengeluaran wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke suatu destinasi wisata. Pengaruh tidak langsung bisa muncul dari berbagai jasa dan kebutuhan dari bisnis pariwisata, seperti transportasi, kuliner dan seterusnya,'' papar Ferry dalam siaran pers yang diterima Republika. 

Dikatakannya, sektor pariwisata adalah sektor yang melibatkan semua stakeholder. Bagaimana sumber daya digunakan, produk diciptakan, pelanggan dipuaskan, dan investasi untuk meningkatkan kepuasan dan kebahagiaan masyarakat. ''Sehingga akan menimbulkan multiplier effect, makanya pembangunan infrastruktur baru seperti destinasi, pusat budaya, creative center dan lainnya di Jabar adalah langkah yang tepat,'' tandasnya. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS), perekonomian Provinsi Jabar mengalami pertumbuhan dari triwulan I sebesar 5,43 persen ke triwulan II 5,68 persen. Salah satu faktor penyebabnya adalah penggunaan penyediaan akomodasi dan makan minum terhadap PDRB Jabar. Yang jika dirata-ratakan, menurut data BPS Jabar 2019, mencapai 9,5 persen. Menurut Ferry, data tersebut ditunjang oleh penyelenggaraan event pariwisata. Dalam industri pariwisata, kata dia, event memiliki daya tarik yang tinggi. Dia pun mencontohkan penyelenggaran West Java Festival (WJF) 2019 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar.

''Menurut data Disparbud Jabar, penyelenggaraan event selama tiga hari tersebut menyedot jumlah pengunjung hingga 79 ribu. Jika setiap orang rata-rata mengeluarkan uang sebesar Rp 200ribu, maka perputaran uang atau spending money-nya bisa mencapai Rp 15 milar,'' kata Dosen Ekonomi tersebut.

Karenanya,  penyelenggaraan event-event besar di Gedung Sate dapat mendongkrak kepariwisataan Jabar. Sebab, dalam kurun satu bulan, Gedung Sate bisa menggelar 2-3 event bertaraf nasional maupun internasional. Berangkat dari situ, renovasi halaman dan taman Gedung Sate –yang merupakan area publik—sudah semestinya dilakukan. 

Ambil contoh pembangunan Museum Gedung Sate. Sejak diresmikan, jumlah kunjungannya sudah mencapai 200 ribu orang. Dengan kembali berbenah, jumlah kunjungan Gedung Sate dan event yang digelar terus mengalami peningkatan. 

Selain event, Pemerintah Provinsi Jawa Barat fokus dalam meningkatkan kualitas destinasi wisata, ekonomi kreatif, dan promosi berbasis digital dan industri pariwisata. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur menuju destinasi pariwisata ke daerah-daerah di Jawa Barat terus dilakukan. Salah satunya di Kabupaten Majalengka yang mendapatkan bantuan pembangunan akses jalan ke destinasi Panyaweuyan dan Desa wisata Bantaragung serta pembangunan alun-alun. 

''Kami di daerah berterima kasih atas perhatian Provinsi Jawa Barat, ini adalah bentuk sinergi antara pemerintah dengan program-program yang saling mendukung,'' kata Gatot Sulaeman Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Majalengka. Gatot menambahkan, bantuan yang diterima oleh Pemerintah daerah diharapkan menjadi aktivitas –aktivitas yang menunjang terhadap kegiatan pariwisata, sehingga dapat menumbuhkan perekonomian di daerah.

Senada dengan pernyataan Gatot, Hendra Nugraha Koordinator Creative Hub Kabupaten Sumedang --yang pada tahun ini akan membangun Creative Center di tempatnya-- menyatakan bahwa kebijakan mengenai pembangunan sektor pariwisata di daerah adalah kebijakan yang akan berdampak kepada semua aspek. Sehingga, Pemerintah Daerah Sumedang pun berfokus pada pembangunan pariwisata. ''Untuk menciptakan ekosistem pariwisata  dilakukan juga secara masif oleh pemda Sumedang. Sektor pariwisata akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Pemda Sumedang juga membentuk Komite Pariwisata Daerah, Badan Ekonomi Kreatif daerah. Hal itu untuk mendukung terwujudnya ikon pariwisata di Sumedang yang memiliki jati diri dan unsur budaya,'' katanya.

Terkait promosi berbasi digital, Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan Sistem Pariwisata Terpadu (Siraru) dan aplikasi Smiling West java. Sistem tersebut mampu mengintegrasikan kegiatan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan penyedia jasa wisata. Selain itu informasi mengenai calender of event di Jabar bisa dilihat langsung melalui apps Smiling West Java

Jika melihat dari informasi tersebut, sudah selayaknya kepariwisataan Jawa Barat akan mengalami peningkatan. Dengan goal utamanya adalah menjadikan pariwisata sebagai sumber ekonomi dan lokomotif pembangunan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement