REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN), Irjen Pol Arman Depari mengungkapkan, penyelundupan narkotika ke Kalimantan Timur mengalami peningkatan dalam enam bulan terakhir. BNN, kata dia, menggagalkan 100 kilogram narkotika di daerah tersebut.
"Ada peningkatan (penyelundupan narkotika di calon ibu kota baru). Kami mencatat dari beberapa bulan lalu kurang lebih ada 100 kilogram yang bisa kami gagalkan,” ujar Arman di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Kamis (5/12).
Menurut Arman, jumlah tersebut tergolong ke dalam kategori yang cukup besar untuk satu daerah. Terlebih daerah Kalimantan Timur bukan merupakan daerah wisata ataupun industri. Peningkatan jumlah penyelundupan narkotika itu terjadi dalam kurun waktu setengah tahun terakhir.
"Persentase kita belum hitung secara keseluruhan. Tadi yang saya sebutkan dalam beberapa bulan sudah ada ratusan kilo yang kita sita. Itu akan kita tindak lanjuti," kata dia.
Penindaklanjuta tersebut tidak hanya yang terkait dengan tindak pidana narkotikanya, tetapi juga bisa ke ranah tindak pidana pencucian uang. Arman berharap, dengan masuk ke ranah tindak pidana pencucian uang maka kemampuan finansial para penyelundup narkotika dapat dilumpuhkan.
"Kita berharap tentu saja mereka tidak mampu lagi beroperasi karena salah satu yang menjadi andalan dan kekuatan mereka karena mereka punya uang. Sehingga mereka dapatkan uang itu untuk mengoperasikan bahkan memengaruhi orang-orang tertentu untuk memuluskan bisnisnya," kata dia.
Arman juga menjelaskan, narkotika yang paling banyak diperjualbelikan ada tiga jenis. Pertama narkotika yang produksi asli Indonesia, yakni ganja. Kemudian, ada narkotika jenis methamphetamine atau biasa disebut sebagai sabu. Ketiga, ada pil reaksional alias amphetamine atau ekstasi.
"Tiga jenis ini masih mendominasi penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Terutama di kalangan anak muda atau kalangan generasi muda kita," ungkapnya.