Senin 09 Dec 2019 08:47 WIB

Penjelasan Mengapa Syukur dan Takwa Saling Berkaitan Erat

Syukur dan takwa saling berhubungan satu sama lain.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Bersyukur sangat ditentukan dengan kualitas ketakwaan seseorang. Foto bersujud (ilustrasi).
Foto: Reuters
Bersyukur sangat ditentukan dengan kualitas ketakwaan seseorang. Foto bersujud (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bersyukur kepada Allah SWT merupakan anjuran kepada setiap Muslim. Rasa syukur muncul beriringan dengan bertambahnya ketakwaan. 

Imam Sahl bin Abdillah dalam kitab al-Munir menjelaskan bahwa orang yang bersyukur adalah mereka yang laku kesehariannya semakin mendekat kepada Allah SWT. Baik itu dalam kondisi rahasia maupun terang-terangan. 

Baca Juga

Beliau berkata: "Wa-syukrillahi hiya al-ijtihad fi badzli at-tha'ati ma'al-ijtinabi lil-ma'shiyati fi sarri wal-alaniyati." 

Yang artinya: "Syukur kepada Allah itu adalah dengan bersungguh-sungguh memusatkan perhatian diri untuk mentaati Allah. Serta menjauhi maksiat, baik itu di kala rahasia maupun terang-terangan.” 

Artinya, rasa syukur menggenapi setiap hati orang-orang saleh. Syukur berarti pelakunya enggan melangkahkan kakinya untuk menjalankan hal-hal yang dilarang agama. Sebaliknya, orang yang enggan bersyukur akan selalu menjauh dari Allah dengan segala alasannya.  

Nikmat yang diberikan Allah kepada hambaNya dan digunakan sebagai ladang kebaikan, maka akan menimbulkan lautan syukur yang menyelimuti kalbu. Rasa syukur pun mendapatkan perlakuan istimewa dari Allah SWT.   

Dalam Alquran surah Ibrahim ayat 7 disebutkan: 

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Wa idz taadzana Rabbukum la in syakartum laazidanakum wa la in kafartum inna adzabi lasyadid."  

Yang artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih."  

 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَقَطَّعْنٰهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ اَسْبَاطًا اُمَمًاۗ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اِذِ اسْتَسْقٰىهُ قَوْمُهٗٓ اَنِ اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۚ فَانْۢبَجَسَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًاۗ قَدْ عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْۗ وَظَلَّلْنَا عَلَيْهِمُ الْغَمَامَ وَاَنْزَلْنَا عَلَيْهِمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوٰىۗ كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْۗ وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
Dan Kami membagi mereka menjadi dua belas suku yang masing-masing berjumlah besar, dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah dari (batu) itu dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing. Dan Kami naungi mereka dengan awan dan Kami turunkan kepada mereka mann dan salwa. (Kami berfirman), “Makanlah yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu.” Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi merekalah yang selalu menzalimi dirinya sendiri.

(QS. Al-A'raf ayat 160)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement