REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Memiliki istri yang shalihah adalah dambaan dalam kehidupan seorang pria. Bagaimanapun, tatkala memutuskan untuk menikah dan mencari pendamping hidup, pria akan memilih wanita yang menurutnya akan menjadi istri yang baik kelak. Istri yang salihah selalu dirindukan surga.
Bahkan, dalam Tafsir al-Ibriz, KH Bisri Musthofa menggambarkan wanita salihah itu sebagai bidadari surga. Dalam kitab tafsir karangannya yang selesai ditulis pada 1960 itu, Kiai Bisri mengutip ayat dalam Alquran yang berbunyi:
"Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh manusia maupun jin sebelumnya." (QS ar-Rahman: 56).
Dalam menafsiri ayat tersebut, KH Bisri Musthofa asal Rembang ini berkata dalam kitab tafsirnya yang berjudul al-Ibriz li Ma'rifati Tafsiri al-Quran al-'Aziz sebagai berikut:
"Ana ing suwarga, ana ing panggung-panggunge lan gedung-gedunge, ana wadon-wadon kang ngeringkes paningal (ateges wadon-wadon kang tresna banget marang kakunge. Ora wadon-wadon kang mata keranjang). Selawase ora tahu kagepok dening menungsa sadurunge ahli suwarga, lan ora kagepok dening jin."
Tafsir Nusantara yang berbahasa Jawa bertuliskan Arab pegon itu berbunyi:
"Di surga, di panggung-panggung dan gedung-gedungnya, ada wanita-wanita (bidadari) yang membatasi pandangannya (maksudnya, wanita-wanita yang sangat mencintai suaminya, tidak wanita yang mata keranjang). Selama-lamanya (wanita itu) tidak pernah tersentuh oleh manusia sebelum ahli surga, dan tidak (pernah) tersentuh oleh jin."
Kiai Bisri menafsiri bahwa para bidadari-bidadari surga itu saking cintanya yang besar dan tulus terhadap suaminya, mereka semua membatasi pandangannya. Mereka tidak pernah melirik sedikitpun terhadap suami ahli surga yang lainnya. Selain itu, mereka juga tidak pernah tergiur akan ketampanan suami ahli surga lainnya. Dan kesucian wanita-wanita surga itu pun juga terjamin, karena mereka sebelumnya tidak pernah tersentuh oleh satu makhluk pun, baik dari golongan manusia maupun jin.
Dari tafsir ini, Kiai Bisri berpendapat tentang wanita di dunia yang ia paparkan kemudian dalam kalam muhimmatun (penting) selanjutnya.
"Wong-wong wadon dunya iku biasane lan umume yen banget ayune iku cok bisa gampang kepincut marang wong lanang kang den anggep bagus utawa luwih bagus katimbang kakunge."
Dia menjelaskan, bahwa wanita-wanita dunia itu biasanya dan bahkan umumnya, jika kecantikannya di atas rata-rata terkadang mudah terpikat kepada laki-laki lain yang menurutnya tampan atau lebih rupawan dari pada suaminya sendiri.
Lebih lanjut, Kiai Bisri menjelaskan, "Sebab wadon kang banget ayune iku sasat angger wong kepingin nyawang, mengko yen kebeneran penyawange wong lanang bagus iku bisa pas tatapan karo panglirike wadon, biasane banjur kaya ana setrume."
Kiai Bisri kemudian memberikan analoginya. Dikatakannya, wanita yang cantiknya di atas rata-rata, sewajarnya setiap manusia memiliki keinginan untuk memandang elok wajahnya. Namun, jika kebetulan bersamaan antara pandangan laki-laki rupawan dengan lirikan mata wanita itu biasanya akan timbul getaran yang menyerupai aliran listrik.
Jika sudah begitu, Kiai Bisri mengatakan, "Mula wadon nuli arang-arang kang kuat naggulangi coba, mula banjur kedadean kang ora bagus (Jika sudah seperti demikian, sudah timbul getaran nafsu antara laki-laki rupawan dengan wanita yang cantik pula. Sangat jarang sekali di dunia ini, didapati wanita yang kuat menanggulangi cobaan berupa getaran nafsu tersebut).
Karena itulah, tidak heran jika di kemudian hari kerap ditemui hal yang kurang baik. Misalnya, hubungan di luar pernikahan bagi yang masih perawan, atau bahkan perselingkuhan bagi wanita yang sudah bersuami.