REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Sekelompok kecil pengunjuk rasa berkumpul di mal-mal seluruh Hong Kong pada Ahad (15/12), dengan menggunakan topeng dan berpakaian serba hitam. Mereka meneriakkan slogan-slogan, "Fight for Freedom" dan "Return Justice to Us."
Polisi anti-huru hara membubarkan kelompok pengunjuk rasa tersebut dengan menggunakan semprotan merica di salah satu mal di Kowloon. Sementara itu, di Shatin, Reuters melaporkan, polisi menembakkan tabung gas air mata di luar mal New Town Plaza.
Polisi mengatakan, beberapa toko telah rusak dan bom asap telah diledakkan. Akibat bentrokan itu, sejumlah toko terpaksa tutup lebih awal. Tiga remaja laki-laki dan dua remaja perempuan dengan rentang usia antara 15-18 tahun ditangkap atas dugaan memprovokasi kerusuhan.
Pada malam harinya, ratusan demonstran berkumpul di luar sebuah mal mewah. Mereka memperingati kematian seorang demonstran, Leung Ling-kit atau yang dikenal sebagai 'raincoat man'. Dia yang ikut berjuang untuk revolusi Hong Kong sejak enam bulan lalu dan meninggal dunia dalam bentrokan dengan polisi.
"Dia adalah orang pertama yang mati karena revolusi ini. Saya datang malam ini untuk mengingatkan bahwa kita tidak bisa menyerah, dan kita harus terus berjuang untuk kebebasan," ujar salah satu demonstran, Tina.
Sebelumnya, beberapa ratus orang termasuk pekerja sosial berkumpul untuk menuntut demokrasi dan penyelidikan independen terhadap kekerasan polisi kepada para demonstran. Bahkan, beberapa menyerukan aksi mogok masal.
Aksi protes yang berlarut-larut di Hong Kong telah menimbulkan korban tewas. Pada 8 November lalu, seorang mahasiswa Alex Chow (22 tahun) meninggal dunia karena cedera di kepala. Chow terjatuh di tempat parkir bertingkat saat bentrok dengan polisi. Kematian Chow diikuti oleh kematian demonstran lainnya yang berusia 21 tahun akibat tembakan dari polisi.