REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan isu Palestina harus menjadi sorotan dalam perhelatan Kuala Lumpur (KL) Summit. Hal itu dia sampaikan saat bertemu Yang di-Pertuan Agong Raja Abdullah dari Pahang pada Rabu (18/12).
"Palestina adalah salah satu penyakit kronis di dunia Islam dan masalah ini harus dipertimbangkan secara serius," kata Rouhani, dikutip laman resmi Pemerintah Iran. Dia mengaku sangat menyesalkan pemindahan paksa orang-orang Palestina dari tanahnya selama 70 tahun terakhir.
Menurut dia, isu Palestina tidak akan bisa selesai tanpa kerja sama dan solidaritas Muslim. Terkait hal itu, Rouhani mengapresiasi inisiatif Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menggelar KL Summit.
Rouhani menilai, ada tiga keprihatinan utama di dunia Islam. Pertama adalah masalah Palestina. Kedua interfensi kekuatan besar dalam urusan domestik Muslim. Kemudian yang terakhir adalah perlunya kemajuan ilmiah dan ekonomi.
Saat membuka KL Summit pada Kamis (19/12), Mahathir mengatakan dunia Muslim sedang melewati keadaan krisis. Menurutnya, harus ada solusi untuk menangani dan menuntaskan persoalan yang sedang melanda negara dan umat Muslim.
"Kita semua tahu bahwa umat Islam, agama mereka, dan negara mereka berada dalam keadaan krisis. Di mana-mana kita melihat negara-negara Muslim dihancurkan, warga negara mereka dipaksa untuk melarikan diri dari negaranya, dipaksa mencari perlindungan di negara-negara non-Muslim. Ribuan orang tewas selama penerbangan mereka, dan banyak lagi yang ditolak suaka," kata Mahathir, dikutip Anadolu Agency.
Dia mengatakan, itulah tujuan dari penyelenggaraan KL Summit. Konferensi tahun ini bukan untuk membahas agama, tapi keadaan di dunia Muslim. "Memahami masalah dan penyebabnya dapat mencerahkan kita dalam cara mengatasi atau mengurangi bencana yang menimpa umat," ujarnya.
Setidaknya ada beberapa isu yang hendak dibahas dalam KL Summit, antara lain krisis Rohingya, dugaan penahanan Muslim Uighur di Xinjiang, perang Yaman, ketimpangan gender, kesenjangan ekonomi, dan Islamofobia.