REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Seruan agar Perdana Menteri India Narendra Modi dicopot dari jabatannya menggelora, Jumat (20/12). Hal itu disuarakan massa yang menentang Undang-Undang (UU) Kewargenegaraan atau The Citizenship Amandement Act (CAA) yang dianggap anti-Muslim.
Aksi protes terhadap UU tersebut masih berlanjut. Seusai melaksanakan shalat Jumat di Masjid Jama yang bersejarah, kelompok demonstran berkumpul dan bergerak menuju New Delhi untuk menyuarakan penolakan atas CAA. Jumlah mereka diperkirakan mencapai lebih dari 1.000 orang.
Aksi itu tak hanya diikuti umat Islam, tapi juga orang-orang dari agama lain. Termasuk sejumlah besar Dalit, komunitas yang berada di urutan terbawah hierarki kasta Hindu. Saat massa bergerak, nyanyian dan seruan agar Modi dicopot dari jabatannya mengudara.
"Kami akan berjuang hingga UU ini dibatalkan. Kami tidak akan mundur," kata Shamim Qureishi (42 tahun) di luar Masjid Jama.
Demonstran lainnya Faisal Ahmad mengatakan umat Islam di India sebenarnya tak menentang CAA yang bertujuan memberikan kewarganegaraan kepada migran dari negara mayoritas Muslim. Namun UU tersebut diskriminatif karena mengecualikan Muslim di dalamnya.
"Ini adalah pemberontakan terhadap pemerintah. CAA plus usulan BJP (Bharatiya Janata Party/partai Narendra Modi) NRC (National Register Citizens/Daftar Warga Nasional) hanya menargetkan satu komunitas dan itu adalah Muslim. Pemerintah ini harus mengubah keputusannya," kata Ahmad, dikutip laman Aljazirah.
Selain Modi, para demonstran pun menyuarakan kemarahannya kepada Menteri Dalam Negeri India Amit Shah. Dia adalah tokoh yang mengajukan rancangan undang-undang kewarganegaraan.
Aski unjuk rasa di New Delhi dikawal ketat oleh aparat keamanan. Kepolisian sempat menangkap puluhan demonstran yang dianggap sebagai provokator.
Demonstrasi menentang CAA memang semakin memanas. Hal itu terjadi sejak adanya pengunjuk rasa yang tewas ditembak oleh aparat kepolisian. Pada Kamis (19/12), polisi menembak mati tiga demonstran.
Hingga kini tercatat terdapat sembilan orang yang tewas ditembak. Sebelumnya polisi telah menembak mati enam orang yang berpartisipasi dalam demonstrasi menentang CAA di negara bagian timur laut Assam.
Pemerintah India memberlakukan jam malam selama tiga hari di kota pantai selatan Mangaluru, Jumat. Massa demonstran di daerah tersebut sempat terlibat bentrokan dengan aparat kepolisian. Dua pengunjuk rasa harus kehilangan nyawa akibat ditembak.
Pemerintah India juga telah menerapkan pemblokiran akses internet di 20 distrik. Hal itu dilakukan dengan alasan mencegah penyebaran konten-konten yang dapat semakin memperkeruh dan memperburuk situasi.
Awal pekan ini Narendra Modi telah mengeluhkan aksi demonstrasi yang meluas akibat pengesahan CAA. Dia menyoroti tentang perusakan fasilitas dan properti publik selama unjuk rasa berlangsung.