REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan belum menerima rekomendasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengenai kecelakaan bus Sriwijaya di Kota Pagaralam, Sumatra Selatan. Oleh karena itu, ia belum dapat memberikan tanggapan lebih lanjut terkait upaya penyelesaiannya.
Budi menuturkan, Kemenhub tetap akan menunggu rekomendasi dari KNKT secara langsung dan penuh. Sebab, informasi dan data yang sepotong-potong justru tidak bisa menyelesaikan permasalahan.
"Senin akan kita umumkan seperti apa (kelanjutannya)," ucapnya setelah ditemui usai konferensi pers di Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Jakarta, Kamis (26/12).
Bus Sriwijaya Mitsubishi Fuso BD 7031 AU rute Bengkulu-Palembang terjun ke jurang di Liku Lematang, Jalan Lintas Pagaralam-Lahat KM 9, Desa Plang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagaralam, Senin (23/9) pukul 23.15 WIB. Bus diketahui tidak mampu menanjak sehingga mundur dengan kecepatan tinggi lalu menabrak beton pembatas, kemudian terjun dari ketinggian 80 meter.
Sejauh ini, tim SAR gabungan berpegang dengan data Polda Sumatra Selatan yang menyatakan terdapat 54 penumpang dalam Bus Sriwijaya saat terjadi kecelakaan. Sebanyak 27 penumpang naik dari loket resmi di Bengkulu dan sisanya naik dari pinggir jalan.
Sementara itu, data tim SAR terbaru hingga Rabu (23/12) pukul 16.00 WIB, korban meninggal dunia tercatat 34 orang, terdiri atas 16 laki-laki dan 12 perempuan, serta korban selamat sebanyak 13 orang. Jika mengacu data Polda Sumsel (54 orang) dengan data terbaru yang telah dievakuasi (47 orang), masih ada tujuh korban lagi yang perlu dicari.
Setelah menyelesaikan pemeriksaan, Investigator Sub Komite Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT Achmad Wildan mengatakan telah menyiapkan rekomendasi untuk Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berdasarkan kondisi jalan tersebut. "Jalan tersebut memiliki banyak gangguan sehingga rekomendasi KNKT kepada Kemenhub agar melakukan survei inspeksi keselamatan jalan," kata Wildan.
Wildan mengatakan, inspeksi tersebut harus dilakukan untuk mengidentifikasi gangguan serta membuat program mitigasinya. Sebab, dari pemeriksaan geometrik jalan, ditemukan hasil kondisi jalan ekstrem dengan turunan dan tikungan tajam.
Menurutnya, kondisi jalan dengan topografi naik turun dan berkelok tersebut berpotensi menyebabkan brake fading. "Khususnya pada mobil besar seperti bus dan truk terutama pengemudi yang tidak menggunakan gigi rendah saat melalui turunan," ucap Wildan.