Rabu 15 Jan 2020 00:10 WIB

Coklat Belgia Rudolf Braun Kantongi Sertifikat Halal

Ini memudahkan turis Muslim mendapatkan coklat halal.

Rep: Irwan Kelana/ Red: Agung Sasongko
Mr Pavel Krupka dari Rudolf Braun mempresentasikan coklat halal Belgia.
Foto: Dok IITCF
Mr Pavel Krupka dari Rudolf Braun mempresentasikan coklat halal Belgia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA –Salah satu persyaratan utama wisata halal adalah makanan halal. Termasuk oleh-oleh coklat. Namun di Eropa, terutama Belgia sebagai produsen coklat utama dunia, belum banyak coklat yang mengantongi sertifikasi halal.

Kini, wisatawan Muslim (Muslim traveler) yang mengunjungi Brussel, ibukota Belgia mempunyai pilihan untuk mendapatkan coklat halal. Namanya coklat  Rudolf Braun. Coklat handmade yang sudah melegenda ini sudah ada sejak tahun 1899.

Coklat ini bisa didapatkan dengan mudah saat turis  mengunjungi patung Manneken Pis di Jalan Rue Du Cene, Brussel, karena ia berada persis samping lokasi patung.  

Patung kecil Manneken Pis, yang berada di jalan simpang empat ini tak pernah sepi. Si kecil antik itu merupakan landmark yang menjadi tempat wisata terkenal di Brussel, Belgia Manneken Pis dirancang Hieronymus Duquesnoy Elder antara 1618 hingga 1619.

Sejak tahun lalu, coklat Rudolf Braun telah meraih sertifikat halal. “Butuh waktu beberapa tahun bagi kami untuk meyakinkan pihak Rudolf Braun agar mengejar sertifikat halal. Apalagi pemberian sertifikat halal di Eropa sangat ketat persyaratannya. Alhamdulillah, sejak tahun lalu, Rudolf Braun sudah mengantongi sertifikat halal. Hal ini memudahkan para turis Muslim, khususnya dari Indonesia maupun berbagai negara Muslim lainnya untuk mendapatkan coklat halal saat berkunjung ke Belgia,” kata Chairman Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF), Priyadi Abadi dalam acara silaturahim IITCF di Jakarta, Selasa (14/1).

Priyadi sudah lama menjalin hubungan baik dengan pihak  Rudolf Braun. Kedekatan ini ia gunakan untuk berkampanye ke pengelola agar memproses sertifikat halal. “IITCF telah melakukan kampanye wisata halal di setiap destinasi yang menjadi tujuan wisatanya, terutama di Eropa. Alhamdulillah IITCF berhasil meyakinkan beberapa partner untuk menyajikan makanan halal, salah satunya coklat Rudolf Braun,” jelasnya.

Tepatnya pada Juni 2019 lalu, coklat Rudolf Braun telah mendapat sertifikat halal. “Mr. Pavel CEO pabrik coklat tersebut akhirnya memenuhi permintaan lama kami untuk memproduksi coklat yang halal dan memproses sertifikatnya, Alhamdulillah,” tuturnya.

Ia menambahkan,  “Tidak banyak coklat di Belgia yang memiliki sertifikat halal, coklat Rudolf Braun menjadi salah satu alternatif pilihan wisatawan Muslim.”

Mr. Pavel tak hanya berhenti mengurus sertifikat halal coklatnya, ia pun juga menyosialisasikan ke beberapa negara berpenduduk muslim yang banyak berkunjung ke Belgia, di antaranya Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam.

Selasa (14/1), Mr Pavel akan bersilaturahim dengan para sahabat IITCF untuk mengenalkan produk coklatnya yang sudah bersertifikat halal kepada para owner travel muslim, agar coklat Rudolf Braun bisa menjadi solusi coklat halal dari Belgia.

“Mereka consern terhadap sertifikat halal yang sudah diperoleh di Eropa. Mereka akan sosialisasikan untuk market di Indonesia dengan menggandeng IITCF, karena Indonesia mayoritas muslim,” kata Priyadi.

Dalam Presentasi Belgium Halal Chocolates & Silaturahmi IITCF tersebut, Mr Pavel mempresentasikan serta mengajak semua peserta yg hadir utk mencoba keistimewaan dari coklat Rudolf Braun di hadapan para pengelola travel muslim di Jakarta.  

Selain presentasi coklat halal, IITCF juga menggelar tasyakuran hari ulang tahun IITCF. Untuk itu, Priyadi juga mengundang beberapa komunitas travel muslim untuk bisa saling bersinergi dalam mengembangkan produk halal dan wisata halal.

IITCF dalam aktivitasnya tak pernah berhenti menggaungkan kehalalan produk, terutama produk makanan yang ada di Eropa. Berkat kerja keras IITCF, selain coklat Rudolf Braun di Belgia, juga ada restoran di puncak Titlis yang menyajikan masakan halal dan menyediakan ruang untuk shalat.

“Alhamdulillah sudah ada coklat, sebelumnya juga ada restoran di Titlis. Jadi benar-benar kita halalkan perjalanan kita,” tutur Direktur Utama Adinda Az-Zahra Tour & Travel ini. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement