Senin 20 Jan 2020 12:35 WIB

BNN Ungkap Perbatasan Rawan Penyelundupan Narkoba

BNN meminta penguatan integrasi pengamanan di perbatasan cegah penyelundupan narkoba

Rep: Mimi Kartika/ Red: Esthi Maharani
kapal yang digunakan untuk menyelundupkan narkoba dari Malaysia / Ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
kapal yang digunakan untuk menyelundupkan narkoba dari Malaysia / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkap daerah rawan penyelundupan narkoba di perbatasan sehingga memerlukan adanya prioritas penjagaan. Menurut Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari, perbatasan yang rawan itu di Pantai Timur Sumatera, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Lampung, hingga ke Kalimantan, Riau, dan Kepulauan Riau.

"Ini adalah perbatasan-perbatasan yang sangat rawan. Ini yang menjadi prioritas kita. Betul tadi semua memang sekarang ini sementara yang kita anggap daerah merah atau rawan," ujar Arman di kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta Pusat, Senin (20/1).

Hal itu ia sampaikan setelah mendatangi Mendagri Tito Karnavian yang juga menjabat Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) bersama Kepala BNN Komjen Pol Heru Winarko. BNN meminta penguatan integrasi pengamanan di perbatasan untuk pencegahan penyelendupan narkoba. Apalagi 80 persen narkoba masuk ke Indonesia melalui wilayah laut.

"Bagaimana yang paling penting daerah kita terutama wilayah laut yang 80 persen transportasi narkoba itu masuk melalui sana. Ini kita bicarakan jadi kalau disampaikan tadi perbatasan, bukan hanya line border-nya tetapi juga sea port border yang harus kita awasi," kata dia.

Ia menjelaskan, penjagaan di perbatasan oleh kementerian atau lembaga/instansi terkait memang sudah dilakukan tetapi fokusnya masing-masing berbeda. Oleh karena itu, BNN meminta setiap instansi berintegrasi.

"Ini yang harus kita satukan, di samping prioritas masing-masing ini kita punya tugas bersama yaitu menjaga dan melindungi masyarakat kita terhadap peredaran gelap narkoba terutama yang datang dari luar negeri," jelas Arman.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement