REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meminta perlunya mitigasi penyebaran vorus corona satwa liar. Ini penting dilakukan karena penyebaran virus corona bisa ditularkan dari satwa liar ke manusia.
Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cahyo Rahmadi menjelaskan satwa liar yang secara alami dapat menyeberang lintas negara maupun dibawa dan dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan tertentu.
"Karena itu hal ini perlu menjadi fokus mitigasi antisipasi zoonosis," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (24/1).
Ia menjelaskan, Zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia. Adapun hewan yang dominan berpotensi membawa penyakit adalah tikus, kelelawar, celurut, karnivora dan kelompok primata seperti monyet.
Sementara itu, Peneliti bidang mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Sugiyono Saputra menjelaskan coronavirus memiliki laju mutasi yang sangat cepat dibandingkan dengan jenis virus yang lain seperti double stranded DNA (dsDNA) virus. Sehingga,
kemunculan kejadian luar biasa dapat berlangsung cepat dan tidak terduga.
Penyebaran secara global pun dapat terjadi dengan mudah dikarenakan mobilitas manusia yang tinggi. “Penelitian menunjukkan ketiga jenis coronavirus yang bersifat mematikan terhadap manusia tersebut berasal dari kelelawar yang berperan sebagai perantara alaminya,” ujarnya.
Sementara itu Taufiq P. Nugraha peneliti satwa liar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI menambahkan, para ilmuwan menduga kemunculan penyakit zoonosis baru (new emerging infectious diseases) seperti kasus 2019-nCoV merupakan hasil tingginya frekuensi interaksi antara satwa liar dengan manusia.
“Jika berkaca pada kasus ebola di Afrika, deforestasi untuk pertanian dapat berperan dalam ekspansi kelelawar di luar habitatnya dan ekspansi manusia ke dalam habitat kelelawar, sehingga keduanya dapat saling berinteraksi bebas dan berisiko tinggi dalam penyebaran penyakit baru,” katanya.