REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan akan mengkarantina sementara warga yang akan dipulangkan dari pusat wabah virus corona jenis baru (2019-nCoV). Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mendesak warganya untuk tidak menyerah pada rasa takut menghadapi virus tersebut.
Moon pun mengecam berita palsu yang tersebar sehingga menimbulkan ketakutan karena negara itu akan memulangkan warga yang tertahan di pusat wabah, Provinsi Hubei, China. "Senjata yang akan melindungi kita dari corona baru bukanlah rasa takut dan kebencian, tetapi kepercayaan dan kerja sama," kata Moon dalam pidatonya pada Kamis (30/1)
Para pengunjuk rasa menggunakan traktor untuk memblokir akses ke fasilitas yang ditetapkan sebagai pusat karantina 2019-nCoV di kota Asan dan Jincheon, sekitar 80 km selatan Seoul, Rabu. Hal itu atas pertimbangan pemerintah untuk menjaga warga yang dievakuasi dalam isolasi di fasilitas.
Fasilitas itu biasanya digunakan sebagai pusat pelatihan untuk pegawai negeri. Namun, nantinya fasilitas itu akan dialihfungsikan setidaknya selama dua minggu sebagai tempat karantina untuk memastikan warga Korea Selatan yang dipulangkan tidak mengalami gejala.
Moon mencoba meyakinkan warga, dengan mengatakan bahwa pengungsi awal hanya mereka yang tidak memiliki gejala, dan akan ditahan secara terpisah. "Pemerintah akan mengambil langkah-langkah kedap udara untuk memastikan penghuni daerah di mana fasilitas tidak perlu khawatir," katanya.
Langkah pertama empat penerbangan akan membawa 700 warga yang direncanakan ke Wuhan akan berangkat ke Korea Selatan pada Kamis pagi. Namun, kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan, penerbangan itu ditunda karena alasan yang tidak ditentukan. Penerbangan masih diharapkan berangkat pada hari berikutnya.
Korea Selatan telah melaporkan empat kasus 2019-nCoV teridentifikasi. Semuanya terjadi setelah mengunjungi kota Wuhan di China tengah, tempat patogen itu muncul pada manusia akhir tahun lalu.