REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan lifting atau produksi siap jual minyak sebesar 743 ribu barel per hari (bph) pada tahun 2024. Capian target ini ditetapkan dalam data pembangunan dan target rencana strategis Kementerian ESDM dalam periode lima tahun mendatang.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menguraikan langkah apa yang akan ditempuh Pemerintah dalam mencapai target peningkatan lifting minyak tersebut. "Kita akan memanfaatkan sumur-sumur (minyak) yang sudah lama ditinggalkan atau sumur tua. untuk bisa diproduksi kembali dengan memanfaatkan teknologi-teknologi yang ada, seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) atau biochemical surfactant," kata Arifin, Rabu (29/1).
Program EOR, urai Arifin, diproyeksikan membutuhkan waktu lebih lama dan dilakukan secara bertahap dengan menyesuaikan karakter subsurface yang ada di Wilayah Kerja (WK) Migas. "Memang, kita membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa dapat mendapatkan sumber formula yang tepat tentang komposisi EOR ataupuan biochemical," jelasnya.
Sesuai proyeksi Pemerintah, Lapangan Ande-Ande Lumut di Natuna bisa menjadi pendongkrak lifting minyak pada tahun 2023 sebesar 25 ribu bpd. Terdapat pula dua sumber lain yang jadi andalan yakni Indonesia Deepwater Development/IDD (23 ribu bpd di 2024) dan Lapangan Abadi, Blok Masela (36 ribu bpd di 2027).
"Sisanya kita bisa mempercepat cekungan-cekungan WK yang masih ada di kawasan kita," ungkap Arifin.
Arifin mengungkapkan potensi lain dari penggalian batuan sumber (source rock) kendati membutuhkan biaya eksplorasi yang lebih mahal. "Cost-nya lebih mahal tapi teknologi bisa mengatasi," tegas Arifin.
Saat ini, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" tengah melakukan upaya-upaya serupa dengan memanfaatkan teknologi yang ada dan kemudian menawarkan hasil penelitian kepada pemilik-pemilik WK Migas. "Yang mau memanfaatkan teknologi ini bisa di-scale up dulu dengan konsep no gain, no pain," pungkas Arifin.