REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Puti Almas
Korban meninggal dunia akibat virus corona jenis baru mencapai angka 213 jiwa, Jumat (31/1). WHO pun sudah mengumumkan kondisi darurat kesehatan global akibat penyebaran virus corona.
Saat ini sudah 18 negara mengonfirmasi kasus positif corona di luar China. Kemarin dalam periode 24 jam terjadi peningkatan jumlah kematian, yaitu 43 jiwa. Kematian akibat corona mayoritas terjadi di Provinsi Hubei dan Kota Wuhan, yang menjadi episenter wabah. Belum ada kematian yang dilaporkan di luar China.
"Alasan utama deklarasi ini bukan karena apa yang terjadi di China tetapi karena apa yang terjadi di negara lain. Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah," ujar Direktur Jendral WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Reuters.
Menurutnya, kekhawatian terbesar WHO adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara lain dengan kesehatan yang lebih lemah sehingga tidak siap untuk menghadapinya. "Deklarasi ini bukan merupakan mosi tidak percaya ke China. Namun sebaliknya, WHO terus memiliki kepercayaan pada kapasitas China untuk mengendalikan wabah," kata dia menambahkan, dikutip dari Aljazirah.
Langkah WHO akan memicu pengetatan yang lebih ketat dan pedoman berbagi informasi ke semua negara. Hal tersebut juga mungkin mengecewakan Beijing, yang telah menyatakan keyakinannya dapat mengalahkan virus itu.
Duta Besar PBB untuk China, Zhang Jun, mengatakan Beijing sedang menilai deklarasi tersebut. "Kami masih berada pada tahap yang sangat kritis dalam memerangi virus corona. Solidaritas internasional sangat penting dan untuk tujuan itu semua negara harus berperilaku bertanggung jawab," kata Zhang.
China pertama kali mengabarkan tentang virus ini ke WHO pada akhir Desember. Para ilmuwan kemudian meneliti bagaimana sebenarnya virus itu menyebar, dan dampaknya seperti apa.
Para ahli mengatakan, ada bukti signifikan bahwa virus menyebar antar-manusia di China. Mereka juga mencatat dengan contoh di negara-negara lain yang tertular antar-manusia, seperti di Amerika Serikat (AS), Prancis, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, dan Vietnam.
Jumlah korban meninggal dunia di Provinsi Hubei sendiri terus meningkat menjadi 204, dari sebelumnya 170. Sementara kasus orang yang terinfeksi secara nasional tercatat 9.692. Sekitar 100 kasus telah dilaporkan di setidaknya 18 negara lain. Meski tidak ada korban meninggal di negara lain.
Saat WHO mendeklarasikan darurat global, Italia melaporkan kasus pertama yang dikonfirmasi sebagai virus korona baru yang menimpa dua wisatawan asal China di Italia. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan, pemerintah telah memutuskan untuk menutup semua lalu lintas udara antara Italia dan China.
Thedros mengatakan, pihaknya tidak merekomendasikan dan benar-benar menentang pembatasan perjalanan atau perdagangan dengan China. Meski demikian, pemerintah asing telah banyak yang mengevakuasi warganya dari Hubei, dan menahan mereka di karantina.
Sementara itu, Rusia mengumumkan akan menutup perbatasannya sepanjang 2.600 mil dengan China. Rusia melakukan langkah serupa dengan Mongolia dan Korea Utara dalam melarang penyeberangan untuk berjaga-jaga terhadap wabah virus baru. Penutupan disebut akan berlaku hingga 1 Maret 2020.
Prancis juga mengonfirmasi kalau seorang dokter yang kontak dengan virus corona telah terinfeksi. Dokter tersebut ini dirawat dalam isolasi di rumah sakit di Paris. Pakar khawatir penyebaran virus dari pasien ke pekerja media menandakan, virus ini cepat beradaptasi ke transmisi antarmanusia.
Dikutip dari AP, Amerika dan Korea Selatan telah mengonfirmasi pula kasus penyebaran corona antarmanusia. Pria di Amerika menikah dengan wanita usia 60 tahun di Chicago yang sakit pascaperjalanan dari Wuhan. Sedang di Korea, kasusnya adalah pria 56 tahun yang kontak dengan penderita corona.
Di Jepang, pria usia 60 tahun terpapar corona setelah bekerja sebagai sopir bus bagi dua grup tur wisata dari Wuhan. Di Jerman, seorang pria 30-an tahun sakit setelah koleganya asal Shanghai China berkunjung. Kolega tersebut memiliki orang tua yang baru datang dari Wuhan. Empat pekerja lain sudah terinfeksi, wanita tersebut pada tidak memiliki gejala corona sama sekali sampai pesawatnya kembali ke China.
"Itu adalah rantai transmisi yang kita tidak ingin lihat," ujar Marion Koopmas, pakar penyakit menular dari Erasmus University Medical Center di Belanda. Ia juga anggota komite darurat WHO.
Anak perempuan mengenakan masker masker di atas gendongan seorang pria sambil menyusuri jalanan di Beijing, China, Selasa (28/1). Kematian akibat corona pertama terjadi di luar Wuhan, yakni di Beijing.
Positif Pascaevakuasi
Sebanyak tiga warga Jepang yang dievakuasi dari Wuhan telah dikonfirmasi positif terinfeksi virus corona. Menurut Kementerian Kesehatan negara itu, dua diantaranya tidak menunjukkan gejala apapun.
Hal itu menandai kasus pertama virus corona di Jepang yang muncul tanpa gejala. Negeri Matahari Terbit ini sebelumnya mengkonfirmasi 11 kasus infeksi virus corona.
Pemerintah Jepang telah mengumumkan penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru ini sebagai sebuah penyakit menular yang memungkinkan rawat inap wajib dilakukan bagi mereka yang terkena. Penggunaan dana publik untuk mengobati pasien juga dilakukan.
Namun, ketentuan tersebut, yang mulai berlaku pada 7 Februari lalu tidak termasuk bagi orang-orang tanpa gejala terinfeksi virus. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan pemerintah akan mengambil semua langkah yang mungkin dilakuka untuk mencegah penyebaran virus. Di antaranya adalah mengkonfirmasi seluruh kontak pendatang ke negara Asia Timur itu, khususnya mereka yang memiliki catatan berada atau menetap di Wuhan, serta melakukan pemeriksaan kesehatan.
Tiga kasus baru virus corona di Jepang berasal dari 206 warga yang dievakuasi dari Wuhan ke Tokyo pada Rabu (29/1) lalu. Dari para warga yang dievakuasi tersebut, 12 dirawat di rumah sakit karena memiliki gejala seperti demam dan batuk, kemudian ada dua yang menolak dibawa ke rumah sakit, namun dikawal untuk tiba di rumah masing-masing. Sisanya, sebanyak 201 orang dinyatakan negatif.
“Sangat disayangkan bahwa ada yang menolak untuk diperiksa. Tidak ada kendala hukum, pada mereka yang tidak memiliki gejala dan ada aspek hak sipil, serta batasan untuk apa yang bisa kita lakukan,” ujar Abe dilansir CNBC.
Jepang telah mengonfirmasi secara keseluruhan ada 11 kasus virus corona di negara itu. Saat ditanya mengenai keprihatinan atas kemungkinan penularan virus dari orang yang belum menunjukkan gejala, pihak berwenang belum dapat menjawabnya.
Shigeru Omi, kepala Organisasi Perawatan Kesehatan Masyarakat Jepang, mengatakan terdapat laporan kasus penularan seperti itu di China. Menurut Menteri Komisi Kesehatan Nasional Cina, Ma Xiaowei, virus itu menular selama inkubasi, yang dapat berkisar antara satu hingga 14 hari dan ini tidak terjadi seperti SARS (sindrom pernapasan akut parah).
Abe mengatakan Pemerintah Jepang akan terus memantau situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya kejatuhan ekonomi pada pariwisata dan daerah lainnya. Secara khusus tindakan apapun yang diperlukan untuk melindungi kehidupan dan kesehatan masyarakat.
Sebuah penerbangan sewaan kedua yang membawa 210 warga Jepang dari Cina juga telah tiba di Bandara Haneda, Tokyo pada Kamis (30/1) pagi. Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga mengatakan pada konferensi pers bahwa 13 yang kembali di kloter kedua ini merasa tidak sehat.
Infografis virus corona.