Senin 03 Feb 2020 06:28 WIB

Resmi Jadi Warga NU, Ini Kesan Wali Kota Semarang

Pengurus dan warga NU harus bergerak cepat dalam melayani umat.

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Teguh Firmansyah
Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Hendrar Prihadi kini resmi menjadi warga Nahdliyin Kota Semarang. Ia telah menerima Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama (Kartanu) Kota Semarang yang diserahkan oleh Ketua Majelis Wakil Cabang (MWC) Kecamatan Gajahmungkur, H Imam Syafii.

Penyerahan Kartanu kepada orang nomor satu di Kota Semarang ini dilaksanakan bertepatan dengan acara tasyakuran Hari Lahir (Harlah) Ke-94 NU tingkat Kota Semarang, yang dilaksanakan di kantor PCNU Kota Semarang, Jalan Puspogiwang 47 Semarang,

Baca Juga

Turut menyaksikan, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Ubedulloh Shodaqoh; Ketua Umum MUI Jawa Tengah, Dr KH Ahmad Darodji MSi; Rais Syuriyah PCNU, KH Hanief Ismail Lc; Ketua Tanfidziyah, Drs KH Anasom MHum dan para kiai dan pengasuh pondok pesantren se-Kota Semarang.

Usai resmi menjadi warga Nahdliyin, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengaku bangga menjadi bagian dari keluarga besar NU. Menurutnya, usia NU lebih 'senior' dibandingkan dengan tahun berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Karena itu --sudah pasti-- berdirinya negara ini tidak bisa dilepaskan dari peran serta pemikiran para kiai dan tokoh NU. "Maka menjadi satu kebanggaan bagi saya bisa menjadi bagian dari salah satu ormas Islam terbesar di negeri ini," lanjutnya, Ahad (2/2).

Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Ubedulloh Shodaqoh dalam "Refleksi 94 Tahun Nahdlatul Ulama" mengingatkan kepada pengurus NU, mulai dari PBNU, PWNU, PCNU, MWC sampai ranting agar bergerak cepat dalam melayani umat.

Menurut kiai alumnus SMA Negeri 1 Semarang itu, nahdlah memiliki arti satu gerakan. Gerakan ini adalah gerakan satu kali yang dilakukan sejak zaman Hadratussyeh KHM Hasyim Asy'ari. Gerakan yang dimaksud adalah di bidang akidah, syariat, tasawuf, fiqh yang telah digariskan dalam qanun asasi NU.

"Gerakan itu terus berlanjut. Apa yang kita lakukan seperti yang dilakukan Mbah Hasyim Asy'ari. Jadi yang berbeda itu adalah aktualisasinya, ekspresinya, penyesuaiannya yang ada pada masyarakat saat ini," katanya.

Nahdlah-- lanjutnya-- dirangkai dengan lafadz ulama, yang sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran sebagai orang yang diangkat derajatnya. Kedua, ulama yang dimaksud bukan hanya alim dalam ilmu.

Akan tetapi sekaligus yakhsyallah yang dapat diartikan sebagai orang yang menjaga syariat agama, menaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena itu, ia menegaskan ulama adalah orang alim yang menaati pereintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Ulama tidak mengharapkan tujuan yang bersifat material. "Gerakan ulama ini untuk umat. Bagaimana pelayanan pengurus NU di bawah, yang paling ujung, yakni di ranting," pesannya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement