REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Kebakaran hutan di dekat ibu kota Canberra telah mereda dan suhu udara menurun. Namun, para pejabat setempat memperingatkan bahwa asap tebal akan menyelimuti Canberra, karena ada pergeseran angin.
Sekitar seperempat lahan di wilayah Canberra terbakar selama beberapa pekan terakhir. Kebakaran itu dipicu oleh cuaca panas dan angin. Suhu pada Senin (3/2) tercatat turun menjadi sekitar 28 derajat celcius.
"Perubahan arah angin diperkirakan akan membawa asap tebal di wilayah perkotaan Canberra," ujar Layanan Darurat Wilayah Ibu Kota Australia (ACT) dalam situs webnya.
Kebakaran hutan yang berkepanjangan di Australia telah menewaskan 33 orang, dan 1 miliar hewan asli negara tersebut. Kebakaran yang terjadi sejak September itu telah menghancurkan 2.500 rumah dan lebih dari 11,7 juta hektare lahan hangus.
Krisis kebakaran membuat 274 ilmuwan mendesak pemerintah Australia untuk mengambil tindakan yang lebih drastis, dan mengurangi emisi nol persen pada 2050. Jika tidak segera diatasi, krisis itu akan memburuk di masa depan.
"Kebakaran di Australia hampir pasti akan memburuk di masa depan, perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia akan membuat kebakaran semakin meningkat," ujar para pakar iklim dan kebakaran dari seluruh dunia dalam sebuah surat terbuka.
Kelompok industri Energy Networks Australia mengatakan, kebakaran telah merusak jalur listrik sepanjang ribuan kilometer dan menghancurkan lebih dari 5.000 tiang listrik. Kebakaran juga telah memutus aliran listrik ke 80 ribu rumah.