REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD - Setidaknya lima orang terbunuh dan belasan lainnya mengalami luka pada bentorkan terbaru antara pengunjuk rasa anti-pemerintah dan pendukung pemimpin Syiah, Muqtada al-Sadr di Irak Selatan, Rabu (5/2). Bentrokan terjadi di sebuah kamp unjuk rasa aksi duduk di kota suci Najaf.
Dilansir Aljazirah, para pendukung al-Sadr berupaya paksa menyingkirkan para pengunjuk rasa dari kota suci tersebut. Menurut kantor berita Reuters, para pendukung al-Sadr melemparkan bom bensin ke kamp-kamp tenda pengunjuk rasa. Setelah itu, tembakan langsung terdengar.
Ali al-Bayati dari Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Irak mengatakan kepada Aljazirah bahwa setidaknya lima orang terbunuh dan belasan orang terluka. Namun, petugas medis mencatat ada enam korban yang terbunuh dalam bentrokan tersebut.
Seorang warga Najaf mengatakan kamp unjuk rasa di Najaf sepenuhnya dikosongkan dari para pengunjuk rasa. Kamp telah berada di bawah kendali orang-orang pro-al-Sadr dan pasukan polisi setempat menjelang malam. Sebuah video yang diposting menunjukkan petugas medis merawat setidaknya tiga orang yang terluka di ruang gawat darurat rumah sakit yang ramai.
Pendiri organisasi pemberdayaan pemuda, Ideas Beyond Borders, Faisal Said al-Mutar mengatakan kampnya dibakar dalam serangan itu. Insiden mematikan ini adalah insiden terbaru dalam serangkaian bentrokan keras antara pendukung al-Sadr dan demonstran anti-pemerintah.
Insiden ini juga terjadi hanya beberapa jam setelah al-Sadr meminta para pendukungnya untuk bersama-sama mengungkapkan para penyabot dan pencuri nasionalis dengan membantu pasukan keamanan Irak. Al-Sadr yang dikenal dengan topi biru mengatakan semua orang harus membuka jalan untuk ini dengan cinta damai dan kasih sayang.
Al-Sadr awalnya mendukung protes anti-pemerintah pada Oktober, ketika warga Irak di ibu kota Baghdad dan daerah-daerah mayoritas Syiah di selatan turun ke jalan untuk menuntut diakhirinya korupsi, peluang ekonomi yang lebih baik, dan layanan dasar. Namun pada Januari, kelompok tersebut mengatakan menarik dukungannya untuk protes.
Mereka pun mendorong demonstran loyalis Sadrist untuk meninggalkan pemberontakan. Pada Ahad kemarin, al-Sadr mengubah posisi lagi setelah penunjukan Mohammad Allawi sebagai perdana menteri yang ditunjuk. Mereka meminta pengikutnya untuk membantu pasukan keamanan membersihkan penghalang jalan yang dibuat oleh para demonstran. Para pengunjuk rasa telah menolak pencalonan Allawi.
Juru bicara milisi al-Sadr, Saraya al-Salam, menyalahkan pelaku yang tidak lazim karena membakar sejumlah tenda demonstran dan pengunjuk rasa. Terdapat sejumlah luka ringan di antara para pengikuti al-Sadr dan ini membuktikan bahwa mereka menjadi sasaran oleh sisi lain.
Allawi meminta pemerintah sementara untuk melindungi para demonstran sampai pemerintah baru yang memenuhi aspirasi semua warga Irak terbentuk. Gubernur Najaf Luay al-Yassiri mengumumkan bahwa gedung-gedung publik akan ditutup pada Kamis (6/2) melihat situasi keamanan.
Di Lapangan Tahrir Baghdad, para pengunjuk rasa pada Rabu malam muncul dari dalam tenda. "Najaf kami tidak akan melupakan Anda, semua pengunjuk rasa di Baghdad ada bersama Anda," seru para pengunjuk rasa di Baghdad.
Irak telah diguncang oleh protes massa sejak awal Oktober karena kehidupan rakyat yang buruk dan korupsi. Peristiwa itu mendorong Perdana Menteri Adel Abdul-Mahdi untuk mengundurkan diri pada 29 November. Pengunduran dirinya diterima pada 1 Desember.