REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerang anggota Senat AS Mitt Romney. Dia adalah anggota Partai Republik yang mendukung pemakzulan Trump.
"Seandainya kandidat presiden yang gagal, Mitt Romney, mencurahkan energi dan kemarahan yang sama untuk mengalahkan Barack Obama yang goyah seperti yang dia lakukan secara saksama kepada saya, dia bisa saja memenangkan pemilihan. Baca transkrip!" kata Trump melalui akun Twitter pribadinya pada Kamis (6/2).
Putra tertua Trump, Donald John Trump Jr., turut menyerang Romney. Dia mengatakan Romney tak akan pernah menjadi presiden AS. "Dia terlalu lemah untuk mengalahkan Demokrat maka dia bergabung dengan mereka sekarang," ujarnya.
Trump Jr. menilai saat ini Romney telah secara resmi adalah anggota perlawanan. "Dia harus dikeluarkan dari Partai Republik," kata dia.
Romney menjadi sorotan pasca-sidang pemakzulan Trump. Meskipun sama-sama berasal dari Partai Republik, Romney memilih dan mendukung pemakzulan terhadap sang presiden.
"Saya sadar bahwa ada orang-orang di partai saya dan di negara bagian saya yang akan sangat menentang keputusan saya. Dan di beberapa tempat, saya akan dikecam keras. Saya yakin akan mendengar pelecehan dari Presiden dan para pendukungnya," kata Romney saat berpidato di Senat AS.
Dia meyakini Trump telah menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyelidiki calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. “Iya, dia (Trump) melakukannya. Presiden meminta pemerintah asing menyelidiki saingan politiknya. Presiden menahan dana militer penting dari pemerintah itu untuk mendesaknya,” katanya.
Menurut Romney, tujuan tindakan Trump murni untuk memenuhi kepentingan pribadi dan politiknya. “Karenanya Presiden bersalah atas penyalahgunaan kepercayaan publik yang mengerikan,” ujar Romney.
Trump diselidiki karena diduga menekan Zelensky dengan mengancam akan membekukan dana bantuan militer sebesar 400 juta dolar AS untuk Ukraina. Pembekuan dana akan dilakukan jika Zelensky tak menuruti permintaan Trump, yakni menginvestigasi Joe Biden yang disebut berupaya menanggalkan Jaksa Agung Ukraina dari jabatannya.
Hal tersebut dilakukan Biden saat masih menjabat sebagai wakil presiden AS pada era pemerintahan Barack Obama. Kala itu Jaksa Agung Ukraina dilaporkan sedang menyelidiki kasus korupsi di Burisma, sebuah perusahaan gas di Ukraina.
Anak Biden, yaitu Hunter Biden, diketahui menjabat sebagai dewan direksi di perusahaan tersebut. Namun belum ada petunjuk yang membuktikan bahwa Biden dan anaknya Hunter melakukan kedua pelanggaran tersebut.