Senin 10 Feb 2020 08:07 WIB

Uni Afrika Kecam Rencana Perdamaian Timteng Buatan Trump

Uni Afrika menilai rencana perdamaian Timtengbuatan Trump langgar piagam PBB.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Rencana Perdamaian Palestina-Israel Versi Donald Trump
Foto: Republika
Rencana Perdamaian Palestina-Israel Versi Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA — Uni Afrika mengecam rencana perdamain Timur Tengah, termasuk konflik Israel-Palestina, yang disusun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Mereka menilai rencana itu melanggar piagam PBB.

Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat mengatakan rencana perdamaian Timur Tengah buatan Trump tak menjunjung asas keadilan. Sebab dalam prosesnya, Trump hanya berkonsultasi dengan pihak Israel dan tak melibatkan Palestina. Karena prosesnya demikian, wajar jika isi rencana Trump hanya memprioritaskan kepentingan Israel dan mengabaikan aspirasi atau tuntutan Palestina. “Ini merupakan pelanggaran terhadap piagam Uni Afrika dan PBB,” kata Mahamat saat berpidato di KTT Uni Afrika ke-33 di Addis Ababa, Ethiopia, Ahad (9/2), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Pada kesempatan itu, dia kembali menegaskan dukungan Afrika bagi perjuangan Palestina. “Solidaritas Afrika dengan rakyat Palestina tidak akan pernah berubah,” ujarnya. Perdana Menteri Palestina Mohammad Shatayyeh mengapresiasi dukungan yang diberikan Uni Afrika. “Kami bangga dengan Afrika yang berpihak pada rakyat Palestina secara berprinsip untuk mewujudkan cita-cita kami sebagai negara di perbatasan 1967 dan Yerusalem menjadi ibu kotanya,” ucapnya.

Menurut Shtayyeh, dengan dukungan Uni Afrika, rencana perdamaian buatan Trump semakin kehilangan legitimasi. "Rencana perdamaian Trump-Israel tidak memiliki dukungan internasional,” kata dia.

Trump telah mengumumkan rencana perdamaian Timur Tengah-nya, termasuk untuk konflik Israel-Palestina pada 28 Januari lalu. Namun rencana itu menuai banyak kritik dan protes. Trump dinilai memprioritaskan dan membela kepentingan politik Israel. Hal itu terbukti karena dalam rencana perdamaiannya, Trump menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang tak terbagi. Padahal dia mengetahui Palestina menghendaki Yerusalem Timur menjadi ibu kota masa depan negaranya.

Palestina berulang kali menyatakan hal itu tak dapat ditawar, termasuk dengan solusi atau bantuan ekonomi sekalipun. Sebagai pengganti Yerusalem Timur, Trump mengusulkan Abu Dis untuk menjadi ibu kota Palestina. Tak hanya itu Trump pun mengakui kekuasaan atau pendudukan Israel atas sebagian Tepi Barat dan Lembah Yordan.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menolak rencana Trump. Dia mengatakan tak ingin namanya tercatat dalam sejarah sebagai tokoh yang menjual Yerusalem. Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mendukung sikap Palestina. Kedua organisasi itu turut menolak rencana perdamaian Timur Tengah buatan Trump.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement