Selasa 11 Feb 2020 16:49 WIB

Kerusuhan di PAN Dinilai Memprihatinkan

Aksi saling lempar dianggap bentuk ketidakdewasaan politik.

Aparat kepolisian Polda Sulawesi Tenggara berusaha menenangkan kericuhan antar dua kubu pendukung calon Ketua Umum PAN saat sidang pleno Kongres V PAN di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/2/2020).
Foto: Antara/Jojon
Aparat kepolisian Polda Sulawesi Tenggara berusaha menenangkan kericuhan antar dua kubu pendukung calon Ketua Umum PAN saat sidang pleno Kongres V PAN di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menilai kericuhan pada Kongres V PAN di Hotel Clarion, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, Selasa, menunjukkan bahwa partai berlambang matahari terbit itu sedang mengalami ketidakdewasaan politik. Ia menilai kericuhan itu memprihatinkan.

"Peristiwa yang sangat memprihatinkan ini menyampaikan makna kepada publik bahwa secara umum di PAN sedang terjadi ketidakdewasaan berpolitik," ujar Emrus dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Diberitakan sebelumnya, terjadinya kericuhan antara tim pendukung calon Ketua Umum DPP PAN periode 2020-2025 Mulfachri Harahap dan Zulkifli Hasan di ruang sidang kongres.

Dua kubu pendukung saling lempar kursi dan botol air mineral yang ada di ruangan tersebut. Keributan itu terjadi saat skorsing atau penghentian sementara sidang kongres tersebut.

Menurut Emrus, kejadian tersebut dapat menimbulkan penilaian publik atau rakyat Indonesia bahwa PAN belum menjadi partai yang dapat menyelesaikan persoalan di internal akibat perbedaan politik antarfaksi secara elegan dan dewasa.

Perilaku saling melempar kursi, kata dia, menunjukkan bahwa para politisi di PAN masih bertindak dengan mengedepankan emosi. Padahal, fungsi sebuah partai seharusnya memberikan teladan, pendidikan dan kedewasaan politik kepada masyarakat yang sekaligus merupakan wadah untuk melahirkan pemimpin legislatif dan eksekutif yang mumpuni.

"Menurut hemat saya, mereka yang saling melempar kursi tersebut belum memenuhi syarat sebagai anggota dan kader sebuah partai modern dan sekaligus belum layak menjadi pemimpin publik baik sebagai anggota legislatif maupun pimpinan eksekutif," ujar Emrus.

Oleh karena itu, pendewasaan politik dan demokrasi diinternal PAN harus menjadi agenda yang sangat utama siapa pun yang terpilih memimpin PAN lima tahun ke depan. Lebih lanjut dia mengatakan kericuhan yang timbul dalam kongres tersebut juga menunjukkan adanya penurunan kredibilitas para tokoh panutan di PAN.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement