REPUBLIKA.CO.ID, MARYLAND – Muslim Maryland, Amerika Serikat, punya cara yang berbeda untuk mengadukan berbagai persolan kepada para pejabat setempat. Mereka berkumpul dan melakukan lobi terorganisasi dari pintu ke pintu agar pejabat setempat mendengar berbagai keluhan dan persoalan yang dihadapi Muslim Maryland. Senin (10/2) malam, komunitas Muslim Maryland mendatangi kantor Delegasi Maryland.
Mereka mencoba melobi para politisi tentang kebijakan yang sedang dalam pertimbangan Majelis Umum Maryland. Sehari sebelumnya, komunitas Muslim baik tua maupun muda sudah bertemu dengan tujuan utama untuk bertemu dengan anggota parlemen membahas Undangan-Undang kejahatan rasial dan menanyakan hal apa yang dilakukan para politisi untuk menentang. Sebab program melawan kekerasan ekstrimisme (CVE) tak efektif dan inkonstitusional.
Saat komunitas Muslim sudah berkumpul, para aktivis Muslim yang mewakili beragam etnis dan aliran memberikan sejumlah poin pembahasan tentang masalah utama yang perlu mereka diskusikan sebelum menemui para delegasi yang mau mendengarkan masukan dan keluhan komunitas muslim Maryland.
Kegiatan itu sendiri dilaksanakan bersama Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) dan Dewan Muslim United Maryland. Itu merupakan lobi tahunan untuk mencoba memberdayakan kominitas muslim. Terlebih lobi yang terorganisasi jarang sekali terlihat di Komunitas Muslim Amerika.
"Kami ingin mendorong partisipasi sipil, kami ingin memastikan suara muslim didengar. Tujuan kami adalah untuk memastikan bahwa komunitas kami dilihat dan terlibat serta suara kami didengar," kata Direktur CAIR, Zainab Chaudry seperti dilansir Middle East Eye pada Kamis (13/2).
Eimaan Imran seorang legislatif CAIR memimpin sekelompok Muslim melalui terowongan bawah tanah yang menghubungkan gedung senat dan kantor delegasi. Di sana, komunitas Muslim mulai mengetuk satu persatu pintu kantor delegasi. Namun karena sudah sore hari, beberapa delegasi sudah pergi meninggalkan ruangannya.
Namun demikian, mereka menyelipkan lembaran berisi poin-poin yang ingin disampaikan di bawah pintu ruang kerja para pejabat delegasi. Dengan harapan agar keesokan hari para pejabat delegasi melihatnya.
Dalam RUU terbaru membahas agenda tentang masalah kejahatan rasial, dan subjek penegakan hukum federal tampaknya mengecilkan di masa lalu. Dalam sebuah laporan FBI menyebutkan bahwa pada 2018 tidak ada kejahatan rasial terjadi di seluruh Maryland.
"Kami tahu pasti bukan itu masalahnya, namun beban pembuktian untuk menunjukkan bahwa ada kejahatan rasial yang terjadi sangat besar sehingga kejahatan ini tidak dituntut sebagaimana seharusnya," kata Chaudry.
Beberapa delegasi berhasil ditemui komunitas muslim Maryland. Mereka pun mendengarkan dan menyambut baik apa yang disampaikan.
Mike Ghouse yang menjalankan Pusat Nirlaba untuk Pluralisme merasa bangga dengan upaya yang dilakukan komunitas Muslim Maryland. "Ini benar-benar tentang bagaimana kita membangun masyarakat Amerika yang kohesif di mana tidak ada yang merasakan ketegangan atau ketakutan dengan cara apa pun, semua orang harus merasa aman tentang siapa dia, apa pun suku, ras, komunitas, dan agamanya,"