REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Aturan Financial Fair Play (FFP) mendadak jadi pembicaraan kembali, setelah UEFA memberikan sanksi kepada Manchester City. Juara bertahan Liga Inggris tersebut dilarang tampil di kompetisi UEFA selama dua musim, karena dianggap melakukan pelanggaran berat terhadap aturan yang bikin klub-klub Eropa takut itu.
Bicara soal FFP, mungkin Anda belum tahu seperti apa dan mengapa aturan itu dibuat oleh UEFA.
Diterbitkan pada 2010 silam, Financial Fair Play dibuat sebagai syarat dan kriteria yang diimplementasikan dan digunakan UEFA untuk mengukur sejauh mana keuangan klub dijalankan. Tujuannya, memperbaiki semua operasional klub sepak bola Eropa.
UEFA menilai, disiplin keuangan elemen penting, di antara hal lainnya, untuk mengontrol perputaran biaya transfer, gaji pemain maupun pengeluaran lainnya yang bisa membahayakan klub sepak bola Eropa. FFP kemudian secara resmi diterapkan pada kompetisi UEFA musim 2013/14.
CLUB STATEMENThttps://t.co/ueMFeLFowu
— Manchester City (@ManCity) February 14, 2020
Jadi, klub harus mengisi laporan keuangan mereka dalam dua musim sebelumnya. Mereka yang keuangannya tidak seimbang antara pendapatan dengan pengeluaran, siap-siap menerima sanksi.
Klub juga akan dinilai berdasarkan risiko, dimana utang dan level gaji pemain juga bahan pertimbangan. Klub harus memastikan kalau mereka punya kemampuan untuk membayar upah dan juga utang mereka. Aturan dan kriteria tersebut juga didesain untuk membantu maupun menstimulasi klub dalam mengembangkan pemain muda dalam jangka panjang.
''Kami telah bekerja pada konsep financial fair play bekerja sama dengan klub, kalau niatnya bukanlah untuk menghukum mereka, tapi justru melindungi mereka,'' ucap mantan presiden UEFA, Michel Platini, dikutip dari laman resmi UEFA, Senin (17/2).
Menurut Platini, diterapkannya aturan FFP tersebut jadi perjalanan penting, demi terciptanya stabilitas dan perekonomian di dalam sepak bola. Namun yang terpenting dari aturan ini bukanlah menyamaratakan kemampuan finansial klub.
Tapi lebih menekankan kalau klub tak boleh main curang dalam menjalankan aktivitas transfer maupun gaji pemain. Kalau tidak, maka klub yang punya pemilik kaya raya, seperti Manchester City maupun Paris Saint-Germain, akan bertindak sesuka hati dalam membajak pemain dari klub lain.