REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Sapto Andika Candra, Antara
Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang Toshimitsu Motegi mengatakan, Indonesia dan Filipina berencana mengirim pesawat untuk memulangkan warga dari kapal pesiar Diamond Princess, Jumat (21/2). Rencana itu menyusul semakin bertambahnya orang yang terpapar virus corona baru atau Covid-19 di atas kapal meski telah selesai masa 14 hari karantina.
"Rencana pergerakan untuk evakuasi kedua negara terjadi pada saat total 759 penumpang dan kru kapal pesiar sudah dievakuasi oleh Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel), Australia, Hong Kong, Israel dan Kanada," ujar Motegi pada konferensi pers dikutip Kyodo News, Jumat (21/2).
Rencana evakuasi juga terjadi di tengah meningkatnya kritik terhadap penanganan pemerintah Jepang terhadap wabah Covid-19. Virus yang berasal dari Provinsi Hubei China ini telah menyebar di kapal selama periode karantina dua pekan di pelabuhan Yokohama, Jepang.
Inggris, Italia, dan Taiwan juga berniat mengirim pesawat pada Jumat malam. Menurut Motegi, mungkin ada permintaan serupa oleh negara-negara lain. "Kami akan melakukan apa saja untuk mendukung warga negara asing," kata Motegi.
Kapal pesiar Diamond Princess tiba di Pelabuhan Yokohama, selatan Tokyo membawa total 3.711 orang yang terdiri dari penumpang dan kru kapal. Seiring berjalannya waktu setelah menepi di pelabuhan, jumlah infeksi yang dikonfirmasi meningkat.
Hingga Jumat (21/2) total orang yang terinfeksi Covid-19 menjadi lebih dari 630. Dua penumpang Jepang telah meninggal di atas kapal.
Penumpang yang dites negatif untuk virus corona mulai turun Rabu lalu. Mereka yang berada dalam kontak dekat dengan orang yang terinfeksi akan dikarantina lebih lama.
Bus mengangkut penumpang yang telah dikarantina di kapal pesiar Diamond Princees di Yokohama, Jepang, Kamis (20/2). Penumpang kapal yang negatif corona mulai meninggalkan kapal sejak Rabu.
Karantina Lanjutan
Periode karantina, yang dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus corona baru di Jepang, telah dikritik karena berpotensi memperburuk wabah di dalam tempat terbatas di atas kapal.
Seorang ahli penyakit menular di Rumah Sakit Universitas Kobe yang merupakan bagian dari tim respons medis yang naik ke kapal, Kentaro Iwata menilai pekan yang kacau terjadi di atas kapal. Karena di atas kapal tidak ada perbedaan yang tepat antara zona yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi.
Hal itu dia kemukakan dalam video YouTube yang kini sudah dihapus. Meskipun begitu, dia mengatakan pada Kamis dia diberitahu situasinya telah membaik.
Pemerintah Jepang telah mempertahankan langkah-langkahnya dalam penanganan penyebaran Covid-19. Menteri kesehatan Katsunobu Kato mengatakan langkah yang tepat telah diambil di bawah arahan dokter di atas kapal.
Sementara itu, Motegi mengatakan total sembilan negara di antaranya, Bhutan, Israel, Kiribati, Mikronesia, Samoa, Kepulauan Solomon, Korsel, Thailand dan Tonga telah mengeluarkan peringatan untuk tidak bepergian ke Jepang. Termasuk dengan Diamond Princess yang bertanggung jawab atas kasus paling banyak dikonfirmasi secara global di belakang China.
Dikutip dari AP, pemerintah AS dan negara lain yang sudah menjemput warganya dari Diamond Princess telah memasukkan mereka di karantina kedua. Sebanyak 11 orang Israel yang sudah dijemput Jumat langsung dibawa ke RS Sheba didekat Tel Aviv untuk dikarantina dan dites ulang.
Australia mengatakan dua penumpang dites positif corona setibanya di Tanah Air. Karena periode inkubasi virus, lebih banyak kasus diduga akan terjadi, ujar Chief Medical Officer Australia, Brendan Murphy.
"Kami tidak tahu (akan ada lagi yang positif), tapi jika ada, kami siap untuk mendeteksinya dan mengurus mereka serta mengisolasi," kata Murphy.
Australia sama seperti Amerika yang membawa pulang penumpang Diamond Princess dengan kombinasi negatif corona dan belum dites, sehingga tidak diketahui statusnya. Karena itu sulit untuk mengetahui kapan atau bagaimana penumpang terpapar virus corona.
Penumpang yang dipulangkan oleh Australia dan Amerika meninggalkan kapal sebelum menyelesaikan proses karantina oleh pemerintah Jepang.
Personel TNI Angkatan Laut merapikan tempat tidur di kapal rumah sakit KRI dr Soeharso di Dermaga Madura, Komando Armada II Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/2)
Secepatnya Dijemput
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan bahwa evakuasi 74 warga negara Indonesia (WNI) yang masih bertahan di kapal pesiar Diamond Princess di Yokohama, Jepang akan dilakukan secepatnya. Sebanyak 74 WNI tersebut dinyatakan sehat, sementara 4 orang lainnya diketahui positif corona.
"Saya kira secepatnya, karena ini juga masih proses diplomasi Indonesia dan Jepang untuk kita minta ini, minta ini, tetapi di sana masih belum menjawabnya," ujar Presiden usai meninjau pembibitan di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Jumat (21/2).
Presiden menyampaikan bahwa keputusan terkait evakuasi WNI dari Jepang akan diambil secepatnya. Pemerintah juga telah menyiapkan kapal rumah sakit sebagai salah satu opsi penjemputan WNI.
Penjemputan WNI di Jepang menggunakan KRI dr Soeharso menurut rencana dilakukan dengan rute Surabaya-Yokohama-Surabaya. Atau Surabaya-Yokohama-Natuna.
Opsi pertama, KRI dr Soeharso akan berlayar dari Dermaga Komando Armada II Surabaya melewati perairan Laut China Selatan, Samudera Pasifik, ke Yokohama, kemudian kembali ke Surabaya melalui rute yang sama dengan titik henti di Kota Manado, Sulawesi Utara.
Pilihan keduanya, KRI dr Soeharso akan berangkat dari Surabaya melewati perairan Laut China Selatan, Samudera Pasifik, menuju perairan Yokohama. Lalu kembali melalui perairan Laut China Selatan menuju Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, dengan titik henti di Kota Davao FIlipina saat keberangkatan.
KRI dr Soeharso ditargetkan tiba di Tanah Air setelah melewati 14 hari masa inkubasi virus corona baru. Sehingga WNI yang dijemput sudah bisa dipastikan benar-benar aman dari infeksi virus tersebut.
Perjalanan dari Yokohama ke Natuna sengaja diulur lebih dari 22 hari dengan kecepatan 11 knot. Diharapkan sampai Tanah Air sudah melewati 14 hari masa inkubasi.
Hal yang sama dilakukan sebelum masuk Surabaya. Selama perjalanan tim medis melakukan tindakan karantina dan evaluasi, diharapkan setelah 14 hari seluruh pasien sudah lewat masa inkubasi.