REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PKS menilai survei Indo Barometer yang menyebut Gubernur DKI Anies Baswedan sebagai calon kuat untuk kontestasi presiden tahun 2024 masih terlalu dini. PKS masih menganggap hasil survei ini sekadar informasi.
"Saya kira survei terkait capres itu masih terlalu dini saat ini. Jadi apa pun hasilnya ya cukup saja sebagai sebuah informasi awal," kata Juru Bicara PKS Muhammad Kholid saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (23/2).
Saat ditanya soal kemungkinan mengusung Anies sebagai calon presiden di Pemilu 2024, PKS mengaku masih belum memiliki gambaran. "Belum ada arah ke sana. Masih kejauhan waktunya," ujar Kholid.
PKS sebagai pengusung Anies di Pilgub DKI Jakarta berharga sang gubernur dapat menunaikan tugasnya. Anies harus mewujudkan janji dan ekspektasi warga DKI sebagai pemimpin. PKS juga meminta Anies untuk terus meningkatkan kinerjanya dan cepat mendapatkan wakil.
"Cepet juga dapat wakil Gubernur DKI yang kredibel dan kompeten. Biar Pak Anies makin bagus kinerjanya," ujar Kholid.
Survei Indo Barometer pada Januari 2020 menghasilkan sejumlah nama yang dianggap sebagai Capres terkuat untuk 2024. Nama-nama yang muncul di antaranya Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih menjadi capres terkuat. Dukungan publik tertinggi jatuh kepada Prabowo Subianto sebesar 22,5 persen, disusul Anies Baswedan 14.3 persen, Sandiaga Salahuddin Uno 8,1 persen, Ganjar Pranowo 7, 7 persen dan Tri Rismaharini 6, 8 persen.
Di antara para kepala daerah, Anies Baswedan bahkan menjadi calon Presiden terkuat. Anies menjadi calon terkuat dengan prosentase 31,7 persen.
Anies diikuti sejumlah nama kepala daerah populer di Indonesia. Mereka di antaranya Ganjar Pranowo 11,8 persen, Tri Rismaharini 9,9 persen, Ridwan Kamil 8.2 persen, Khofifah Indar Parawansa 5,6 persen, dan Nurdin Abdullah 0,8 persen.
Anies juga merupakan kepala daerah dengan tingkat pengenalan tertinggi dengan angka 91,7 persen. Kemudian Ridwan Kamil 65,8 persen dan Khofifah Indar Parawansa 55,8 persen. Sementara Tri Rismaharini 49,4 persen, Ganjar Pranowo 47,8 persen dan Nurdin Abdullah 10,7 persen.