REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan perpustakaan yang berada di perdesaan akan dapat mengembangkan inovasi di desa tersebut. "Minat baca kita katanya rendah, tapi sebenarnya bukan keinginan untuk membaca itu rendah, tapi ketersediaan buku di daerah tersebut masih sulit," ujar Tito saat membuka Rakornas Perpusnas di Jakarta, Selasa (25/2).
Karena itu, Tito mendorong agar setiap provinsi maupun kabupaten/kota memiliki dinas perpustakaan dan tidak digabungkan dengan dinas lainnya. Selain membangun perpustakaan di tingkat kabupaten/kota, perpustakaan juga harus ada di tingkat kecamatan dan perpustakaan mini di desa.
Buku-buku yang ada di perpustakaan tersebut hendaknya disesuaikan dengan kondisi yang ada di situ. Misalnya di daerah kepulauan, maka buku yang tersedia lebih banyak mengenai bagaimana menjaga karang, budi daya perikanan, pengolahan produk perikanan, dan lainnya.
"Buku-buku yang ada, yang bisa mengembangkan inovasi di desa tersebut," katanya.
Dengan adanya perpustakaan di desa, Tito yakin anak-anak di desa akan berinovasi. Selanjutnya, akan terbangun mesin produksi yang baik dan bisa berswasembada.
"Kita tahu sebagian besar masyarakat kita hidup di desa, kalau semuanya bangkit maka Indonesia akan kuat," ujar dia.
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando.
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan budaya baca bangsa Indonesia tidak rendah, melainkan rendah karena ketiadaan buku di desa. "Fakta di lapangan disebabkan karena belum cukup akses yang memadai. Jangan terjebak opini internasional, tapi mari kita perbaiki bersama," kata Syarif Bando.
Kehadiran Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian sebagai pembicara kunci dalam Rakornas Perpusnas itu, lanjut Syarif Bando, sangat penting untuk menyakini seluruh pemerintah daerah agar punya kesadaran menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan penduduknya.
Pendidikan dan perpustakaan tidak bisa dipisahkan karena perpustakaan jantungnya pendidikan. "Tidak ada guru tentang kedaerahan, tapi banyak buku yang menginformasikan asal usul, adat istiadat. Ini bisa dikelola oleh daerah. Daerah harus benar-benar tumbuhkan literasi," terang Syarif Bando.