REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Korinbang Rachmat Gobel menerima kehadiran Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, di ruang kerjanya Gedung Nusantara III lantai 2 Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.
Dalam pertemuan tersebut, DPR RI berupaya mendapatkan berbagai masukan dari pihak Jepang sebagai salah satu negara investor terbesar di Indonesia, terkait dengan masalah Omnibus Law yang saat ini akan digodok pembahasannya di DPR RI bersama dengan pemerintah.
“Kami ingin mendapatkan masukan-masukan dari Jepang. Sebab Jepang sendiri merupakan salah satu investor yang terbesar di Indonesia, baik di sektor manufaktur dan lain sebagainya. Secara total direct maupun indirect. investasinya Jepang di Indonesia adalah yang nomor satu,” kata Rachmat Gobel, Jumat (28/2).
Masukan terpenting dari pertemuan dengan Dubes Jepang tersebut adalah terkait sektor investasi. Jepang bukan hanya sekedar investasi uangnya, tetapi negara Jepang ikut melakukan pembangunan sumber daya manusia yang ada.
“Dia membina sumber daya manusianya. Kalau kita lihat, Jepang sendiri kekurangan angkatan kerja, hal ini menjadi kesempatan bagi kita untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk mengisi kekosongan mereka dengan memberikan apa yang kita miliki,” ujar Rachmat Gobel.
Ia membantah argumen yang mengatakan selama ini tidak ada transfer teknologi yang dilakukan (perusahaan-perusahaan) Jepang. “Padahal sesungguhnya sudah ada transfer teknologi tersebut, yakni melalui pembangunan SDM. Pembangunan sumber daya manusia merupakan bagian daripada transfer teknologi itu sendiri,” tandas politisi Fraksi NasDem itu.
Rachmat menyampaikan, saat ini, selain dengan negara Vietnam, Indonesia juga sedang bersaing dengan negara India dalam menggaet investor yang ingin menanamkan modalnya didalam negeri. Karena itu penting sekali mendapatkan masukan-masukan dari Dubes Jepang.
“Ke depan kita ingin tahu pemikiran, pandangan dan masukan dari pihak Jepang selaku investor terbesar di Indonesia. Sekarang ini, di samping Vietnam, kita juga sedang bertarung dengan India. Karena India juga sedang membuka investasi. sehingga (dimungkinkan) investasi itu akan terpecah, bukan hanya di Indonesia tetapi juga akan melihat bagaimana dengan India. Sebab kemungkinan besar, investasi juga akan masuk ke negara India,” pungkasnya.