Sabtu 29 Feb 2020 02:15 WIB

Fasilitas Observasi WNI di Pulau Sebaru Sama dengan Natuna

Kapal yang digunakan untuk mengangkut 188 WNI itu juga di karantina.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Fakhruddin
Landing Craft Utility (LCU) KRI dr Soeharso mengangkut WNI ABK World Dream untuk diobservasi di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat (28/2/2020).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Landing Craft Utility (LCU) KRI dr Soeharso mengangkut WNI ABK World Dream untuk diobservasi di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat (28/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkap 188 Warga Negara Indonesia (WNI) Anak Buah Kapal (ABK) World Dream tiba di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Jumat (28/2) untuk menjalani observasi. Fasilitas yang mereka terima selama observasi tidak berbeda dengan observasi yang sebelumnya dilakukan di Natuna, Kepulauan Riau.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo mengklaim, pihaknya menyediakan semua kebutuhan peserta observasi. "Misalnya pendingin udara, seluruh peralatan mandi, makan, tempat tidur, termasuk meminta provider telekomunikasi Telkomsel memasang jaringan. Kami juga sediakan mesin cuci, televisi, hiburan, itu sama seperti observasi di Natuna supaya peserta tidak stres," ujarnya saat mengisi pemaparan rapat akhir bulan kesiapsiagaan bencana tim pentahelix, di Graha BNPB, di Jakarta Timur, Jumat (28/2) sore.

Ia menambahkan, pihaknya menyediakan fasilitas lengkap selama observasi dengan tujuan peserta tidak kelaparan, hatinya merasa tenang, dan pikiran tenang. "Efeknya imunitas mereka akan bagus," ujarnya.

Bahkan, ia menyebutkan, kapal yang digunakan untuk mengangkut 188 WNI itu juga di karantina. Di tempat yang sama, staf ISPA Jabatan Teknis Epidemiologi Kemenkes Rian Hermana menambahkan, para peserta itu dijadwalkan telah tiba di Sebaru Kecil sore ini. Meski WNI itu sehat tak terinfeksi virus novel corona (COVID-19), Rian mengakui Kemenkes telah melakukan tes ulang dan menguji spesimen mereka.

"Karena kajian utamanya karena adanya kasus COVID-19 yang muncul tanpa gejala. Meski persentasenya kecil, kami mewaspadai itu," ujarnya.

Ia menambahkan, mereka akan menjalani observasi minimal selama 14 hari. Sebab itu terkait inkubasi gejala minimal. Kendati demikian, pihaknya tidak menutup kemungkinan lama observasi bisa bertambah seiring dengan perkembangan kasus di Kapal World Dream.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement