REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku telah melakukan mobilisasi atau menggeser alat pelindung diri (APD) untuk rumah sakit (RS) saat menangani virus novel Corona (Covid-19). Sebab, bahan baku APD hanya bisa didapatkan dari impor dari China padahal negara itu tengah berjuang menangani Corona di negaranya.
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Sesditjen P2P) Kemenkes Achmad Yurianto menjelaskan, mengenai kekurangan APD, ia mengakui memang tidak dipusatkan menumpuk di satu RS. "Sebab kalau tidak ada kasus (infeksi Covid-19) kan tidak perlu. Jadi APD tidak ditumpuk di satu rumah sakit," ujar Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Sesditjen P2P) Kemenkes Achmad Yurianto saat konferensi pers update Corona, di Kemenkes, di Jakarta, Rabu (4/3) malam.
Ia menyontohkan jika salah satu RS rujukan di rumah sakit pusat infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara yang membutuhkan APD kemudian Kemenkes memindahkan APD yang ada di RS lain ke RSPI. "Jadi digeser-geser. Kenapa harus melakukan itu? karena bahan baku APD sudah tidak bisa impor ke Indonesia. Kami impor APD dari China, padahal mereka sedang kewalahan (menangani Covid-19)," katanya.
Karena itu, pihaknya mencari negara lain yang bisa mengimpor APD dan telah mendapatkan isyarat dari Den Haag, Belanda akan mengekspor APD ke negara ini. Kendati demikian, pria yang juga juru bicara resmi terkait virus Corona itu mengklaim ketersediaan APD masih cukup. Indikatornya kalau dilihat dari stok dan jumlah kasusnya yang masih mencukupi. "Memang mengkhawatirkan kalau terjadi wabah besar-besaran, tetapi kondisinya masih aman," ujarnya.