REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Gas Negara (PGN) terus berupaya untuk memasifkan penggunaan gas sebagai bahan bakar energi bersih. Selain pada kendaraan bermotor, PGN melihat adanya potensi penggunaan gas alam cair untuk bahan bakar kapal laut.
Direktur Strategi dan Pengembangan PGN Syahrial Mukhtar menjelaskan sebenarnya semua sektor kendaraan saat ini memang sedang berlomba untuk beralih ke energi bersih. Salah satunya adalah kapal. IMO sendiri kata Syahrial sudah mengimbau untuk kapal laut bisa beralih ke energi bersih untuk bahan bakar.
"Jadi konversi dari fuel BBM diesel ke LNG itu dari kapal memang sebetulnya aturan IMO itu sudah mengharuskan kapal yang menggunakan sulfur yang lebih rendah," ujar Syahrial di Jakarta, Jumat (6/3).
Syahrial menjelaskan PGN melihat peluang ini dan menilai bahwa LNG bisa menjadi opsi dari pilihan bahan bakar ramah lingkungan. Untuk bisa menyasar pasar kapal laut ini, PGN mempersiapkan infrastruktur untuk bisa memenuhi kebutuhan LNG kapal laut.
"Ke depan kita juga sedang siapkan juga fasilitas di Arun untuk LNG. Yang jadi target kita adalah kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka, yang kapal-kapal di jalur internasional. Kita akan isi LNG untuk mereka dari LNG yang memang kita punya fasilitas di Arun, Lhokseumauwe, Aceh," ujar Syahrial.
Ia juga menjelaskan secara hitungan, penggunaan LNG juga lebih hemat dibandingkan solar untuk kapal. Ia menjelaskan LNG dipatok Rp 7.000 - Rp 8.000 per liter. Sedangkan solar untuk kapal dipatok sebesar Rp 10 ribu - Rp 11 ribu per liter. "Jadi kalau itu di-compare keekonomiannya itu kan hemat Rp 2.000-3.000," tambah Syahrial.
Jika rencana ini berhasil, Syahrial juga menjelaskan bahwa pasar bahan bakar kapal ini bisa menambah perluasan pasar gas bagi PGN. Ia juga menjelaskan dari sisi niaga, pasar kapal ini mencakup 7 persen dari market transportasi.
"Kita nanti akan dapat dari sisi penjualan LNG-nya. Kalau kita di niaga itu kan sekitar 7 persen diminta untuk itu," ujar Syahrial.