REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wabah corona cukup menimbulkan kepanikan. Banyak informasi, tak terkecuali hoaks, yang cukup membingungkan publik.
Sebagai contoh, mengenakan masker dianggap bisa menangkal virus corona. Hal tersebut menyebabkan masker langka dipasaran. Tak hanya itu, hand sanitizer hingga gel alkohol dianggap bisa membunuh corona.
Namun, apakah semua itu benar? Dilansir melalui wired, Jumat (6/3), ada beberapa mitos terkait corona yang perlu diwaspadai, berikut delapan mitos terkait corona.
Mitos: Gel alkohol tidak akan membunuh virus corona
Tangan merupakan meida utama yang bisa ditempuh virus hingga menembus permukaan ke sistem pernapasan. Itu sebabnya, kebersihan tangan memang perlu dijaga.
Sebaiknya, cuci tangan secara menyeluruh dengan sabun dan air jika memungkinkan. Jika tidak ada wastafel di sekitar Anda, sanitiser tangan berbasis alkohol akan membantu.
Memang benar bahwa gel alkohol tidak membunuh beberapa virus, seperti norovirus dan rhinovirus. Akan tetapi virus corona memiliki struktur amplop yang dapat diserang alkohol. Pembersih tangan dengan kandungan alkohol lebih dari 60 persen paling efektif membunuh mikroba.
Jika Anda mencoba-coba membuat sanitiser sendiri di rumah, Anda perlu berhati-hati dan memperhatikan takaran bahan. Sebab, jika tidak, itu mungkin akan kurang efektif dan berdampak lebih buruk lagi, seperti bisa merusak kulit Anda.
Mitos: Covid-19 tidak lebih berbahaya daripada flu musiman
Para ahli virus corona mengatakan, Covid-19 lebih mematikan daripada flu musiman. Strain flu rata-rata membunuh sekitar 0,1 persen dari mereka yang terinfeksi.
Akan tetapi tingkat kematian Covid-19 jauh lebih tinggi. Angkadari Wuhan sebagai pusat wabah corona, menempatkannya mendekati dua persen, sementara angka kematian di luar Wuhan lebih rendah. Covid-19 juga tampaknya menyebar lebih mudah daripada flu musiman. Infeksi penyakit ditentukan oleh sesuatu yang disebut nomor reproduksi.
Nomor reproduksi itu memperkirakan berapa banyak infeksi baru yang muncul dari setiap kasus virus. Setiap orang yang terinfeksi Covid-19 tampaknya menginfeksi rata-rata 2,2 lebih banyak orang, tetapi untuk flu musiman jumlahnya sekitar 1,3.
Faktor lain yang membuat Covid-19 layak untuk dikhawatirkan adalah fakta bahwa virus itu adalah virus yang sama sekali baru pada manusia. Kita, manusia, tidak memiliki kekebalan alami atau vaksin terhadap Covid-19. Meskipun lebih dari 80 persen kasus Covid-19 ringan, menurut sebuah penelitian China, hal ini membuatnya lebih mungkin menyebar tanpa terdeteksi oleh otoritas kesehatan.
Mitos: Anda harus menghindari transportasi umum atau pertemuan besar
Adanya wabah ini, tak mengharuskan Anda menghindari transportasi umum dan pertemuan besar. Kecuali, Anda baru saja kembali dari tempat dengan wabah yang signifikan atau telah melakukan kontak dekat dengan seseorang yang memiliki kasus Covid-19 yang dikonfirmasi.
NHS saat ini tidak menyarankan agar siapa pun berhenti menggunakan transportasi umum, kecuali ada kemungkinan besar bahwa mereka telah melakukan kontak dengan penyakit tersebut. Jika Anda telah kembali dari suatu daerah dengan wabah dan berpikir Anda mungkin telah tertular virus, tetap di rumah dan hubungi nomor non-darurat.
Mitos: Masker wajah akan melindungi Anda dari virus
Bagi kebanyakan orang, mencuci tangan secara teratur adalah pertahanan paling penting terhadap Covid-19. Masker wajah bekerja dengan menghalangi tetesan dari batuk dan bersin yang merupakan rute transmisi utama coronavirus.
Akan tetapi tidak semua masker efektif dalam menyaring partikel yang sangat kecil. Sementara, virus juga masih dapat masuk melalui mata.
Satu-satunya orang yang benar-benar perlu memakai masker wajah adalah mereka yang cenderung berhubungan dekat dengan orang yang terinfeksi. Atau mereka yang memang tengah sakit. Penimbunan masker bedah oleh publik dapat mempersulit petugas kesehatan untuk mendapatkannya saat mereka membutuhkannya.
Mitos: Vaksin sudah dekat
Meskipun hanya butuh sepuluh hari bagi para peneliti untuk merilis genom dari virus corona baru, vaksin kemungkinan tidak akan siap dalam waktu dekat. Vaksin harus melalui berbagai tahap pengembangan, termasuk uji hewan dan manusia, hiingga dapat digunakan secara luas.
Oleh sebab itu, kemungkinan adanya vaksin ini, setidaknya setahun sebelum vaksin Covid-19 tersedia. Pada saat itu, wabah mungkin telah terbakar dengan sendirinya atau penyakit tersebut telah menjadi endemik.
Mitos: Anjing dan kucing bisa terkena virus corona
Laporan bahwa seekor anjing di Hong Kong yang telah diuji "positif lemah" untuk virus corona memprovokasi berita utama koran yang menyebut bahwa hewan peliharaan dapat membawa Covid-19.
Tetapi tidak ada bukti bahwa anjing atau hewan peliharaan mana pun sakit Covid-19. Kemungkinan, anjing yang dites positif terkena virus hanya mengambil virus dari virus yang terkontaminasi.
Mitos: Coronavirus hanya menginfeksi orang yang lebih tua
Orang yang lebih tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada cenderung terkena versi Covid-19 yang lebih parah. Sebuah studi terhadap 138 pasien coronavirus di rumah sakit Universitas Wuhan menemukan virus itu lebih cenderung mempengaruhi pria yang lebih tua dengan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya.
Namun demikian, orang-orang muda masih dapat tertular dan menyebarkan penyakit ini. Terutama mereka yang berisiko sangat tinggi untuk terpajan, seperti petugas kesehatan.
Mitos: Jika penahanan gagal, kita harus menyerah sepenuhnya
Inggris masih dalam tahap penahanan wabah Covid-19. Saat ini, fokus utama otoritas kesehatan adalah menemukan kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan melacak pergerakan orang yang terinfeksi untuk mencoba dan membangun peta di mana penyakit tersebut kemungkinan telah menyebar.