Ahad 08 Mar 2020 14:28 WIB

Perempuan Afghanistan Mulai Berdaya

Perempuan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ekonomi Afghanistan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Perempuan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ekonomi Afghanistan. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Rafiq Maqbool
Perempuan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ekonomi Afghanistan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pada akhir pekan yang cerah di Kabul, Maryam Mohammdi mengendarai becak bertenaga surya di sekitar pinggiran kota. Dia menjual burger kepada pelanggan yang lapar di pusat bisnis yang masih didominasi oleh para laki-laki.

Dengan memakai abaya dan cadar, Maryam menjual makanan kepada pembeli yang dulunya sering kali mempertanyakan kehadirannya di jalan. "Orang-orang mengolok-olok saya dan tertawa, mengatakan: 'lihat dia, dia bekerja di jalan'," ujarnya.

Baca Juga

Setelah pemandangan itu sering terlihat, kehadiran perempuan berusia 30 tahun ini menjadi biasa. Bahkan beberapa orang mendukungnya berjualan dan menyatakan makanan yang dijualnya lezat dan menyehatkan.

Bisnis ini dimulai pada 2018 oleh Farhad Wajdi yang berusia 27 tahun yang lahir di kamp pengungsi di Pakistan. Dia sekarang mempekerjakan 50 wanita yang menjalankan 25 gerobak makanan di Kabul.

"Ketika saya kembali ke Afghanistan, saya melihat wanita diperlakukan dengan sangat buruk. Mereka tidak diizinkan melakukan bisnis, mereka tidak diizinkan untuk mengambil kebebasan finansial, mereka secara sosial dikecualikan dari peluang sosial ekonomi," kata Farhad.

Kondisi tersebut memicu Farhad untuk mulai bekerja dengan perempuan Afghanistan. Dia melihat perempuan Afghanistan sebagai sumber daya manusia besar yang harus dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan. Dengan cara itu, perempuan pun dapat memberikan kontribusi yang setara dalam perkembangan ekonomi Afghanistan.

Akan tetapi, penandatanganan perjanjian antara Amerika Serikat dan Taliban pada akhir Februari menimbulkan kekhawatiran bagi kondisi yang membaik bagi keberadaan perempuan di publik. Seperti banyak orang, Maryam menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan kembalinya kekuasaan kelompok milisi Taliban.

Kelompok itu sudah dikenal sebagai golongan yang melarang perempuan terlibat dalam pendidikan, pekerjaan, atau meninggalkan rumah tanpa saudara laki-laki selama pemerintahan 1996-2001. Meski, kelompok ini menyatakan telah berubah dan akan mempertimbangkan perempuan untuk bekerja.

"Pekerjaan ini sangat penting bagi kami ... menurut pendapat saya, Taliban tidak boleh ikut campur dalam pekerjaan perempuan karena tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan semua orang dapat bekerja untuk memajukan kehidupan," kata Maryam.

Senada dengan Maryam, Benazir Mosawi pun merasakan kekhawatiran yang sama. Saat ini kondisi penerimaan terhadap perempuan di jalan semakin baik. Ketika Taliban kembali memungkinkan kondisi akan kembali terulang.

"Ketika saya pertama kali melihat wanita ini bekerja dan menjual burger, saya sangat senang ... wanita Afghanistan harus berdiri sendiri dan menyelesaikan masalah mereka secara mandiri," kata pelanggan burger Maryam ini.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement