Jumat 13 Mar 2020 21:38 WIB

Puncak Corona Ramadhan, Komisi I Minta Pemerintah Bersiap

Pemerintah diminta segera menuntaskan protokol penanganan Covid-19.

Rep: Febryan. A/ Red: Gita Amanda
Ketua Komisi I DRP RI Meutya Hafid meminta pemerintah segera melaksanakan protokol penanganan corona.
Ketua Komisi I DRP RI Meutya Hafid meminta pemerintah segera melaksanakan protokol penanganan corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Intelijen Negara (BIN) memprediksi masa puncak wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia akan berlangsung pada bulan puasa Ramadhan. Meski prediksi, Ketua Komisi 1 DRP RI Meutya Hafid meminta pemerintah melakukan pencegahan dengan segera menuntaskan protokol penanganan Covid-19.

"Protokol kita seperti apa harus disiapkan dari sekarang," kata Meutya dalam diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (13/3).

Baca Juga

Ia menuturkan, puncak Covid-19 yang bertepatan dengan bulan Ramadhan tentu harus diwaspadai. Sebab, setiap malam umat Islam melaksanakan shalat tarawih berjamaah.

"Apakah nanti dilakukan pembatasan di masjid-masjid (untuk protokol penanganannya). Sejumlah negara sudah membatasi pertemuan di atas 100 orang," ujar politikus Golkar itu.

Meski demikian, ia berharap prediksi itu tidak benar-benar terjadi. Untuk itu, ia meminta semua pihak, terutama pemerintah segera melakukan sosialisasi pencegahan secara masif. "Mudah-mudahan di bulan puasa nanti tidak ada peningkatan jumlah korban corona," kata Meutya.

Sebelumnya, Deputi V BIN Mayor Jenderal TNI Afini Boer, mengatakan, pihaknya memprediksi wabah Covid-19 di Indonesia akan berlangsung 60-80 hari. Terhitung sejak awal kasus positif diumumkan pada 2 Maret lalu.

"Jadi kalau kita hitung-hitung, masa puncaknya itu mungkin jatuhnya bulan di Mei berdasarkan permodelan ini. Bulan puasa, bulan puasa,” ungkap Afini dalam diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (13/3).

Menjelang masa puncak tersebut, lanjut Afini, diprediksi jumlah orang terinfeksi Covid-19 bisa mencapai 4.000 kasus per hari.

Meski demikian, Afini menegaskan, jika pemerintah bisa melakukan upaya penanganan secara maksimal, maka perkiraan itu bisa saja tidak terjadi alias dipatahkan. "Tentu kita berharap dengan model ini kita bisa ambil langkah-langkah antisipatif, sehingga apa yang digambarkan model itu tidak terjadi," kata dia berharap.

Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia per Kamis (12/3) berjumlah 34 kasus. Sedangkan pada Jumat (13/3) sore, angkanya melonjak jadi 69 kasus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement