REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pandemi virus corona memaksa orang-orang menjaga jarak sosial yang membuat mereka terisolasi. Kegiatan sekolah dan belajar dilakukan di rumah secara bersamaan. Sebagian orang tua juga bekerja dari rumah.
Ketika keluarga menghadapi tantangan baru untuk keseimbangan kehidupan kerja, orang tua juga berusaha menjaga anak-anaknya tetap sehat dan sibuk. Bagaimana orang tua dapat membuat melakukan hal itu? Dilansir CNN Business, berikut beberapa kiat bekerja di rumah bersama anak.
1. Tetapkan nada pemahaman dan empati
Bekerja dari rumah bersama anak-anak untuk jangka waktu yang tidak diketahui adalah hal yang belum dipetakan untuk keluarga. “Kita semua mencari tahu. Mungkin sedikit berantakan,” ujar seorang terapis anak di Lotus Point Wellness di wilayah Washington DC, Elana Benatar.
Katie Stone Perez menyeimbangkan pekerjaan dari rumah, ketika putrinya Emma (8 tahun) dan Elizabeth (10 tahun) pulang dari sekolah. Penting untuk berbicara dengan anak-anak tentang apa yang terjadi. Beberapa anak mungkin tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan hanya melihat bahwa Anda membatasi mereka dengan cara yang tampaknya tidak masuk akal. “Jelaskan kepada mereka bahwa kita semua berusaha melihat keluar untuk komunitas kita,” kata Benatar.
Orang tua bisa menggunakan perumpamaan Elsa dan Anna dari film Frozen. Elsa harus menjauh dari saudara perempuannya untuk menjaga saudaranya tetap aman.
Mengatur kegiatan anak Anda di antara waktu kerja yang tidak dapat diganggu, menjadi yang terbaik bagi sebagian besar keluarga. Siapkan kegiatan yang menarik untuk menyibukkan mereka dapat membantu Anda melewati kewajiban kerja terberat.
2. Tetapkan rutinitas sejak dini dan patuhi
Seorang manajer program untuk Xbox di Redmond, Washington, Katie Stone Perez meminta anak-anaknya Emma (8 tahun) dan Elizabeth (10 tahun) meninggalkan pada 2 Maret lalu. Dia telah bekerja dari rumah bersama anak-anaknya selama beberapa pekan. Perez berusaha untuk mencapai keseimbangan di antara bekerja dan memberi kegiatan pada anak.
Katie Stone Perez menyiapkan tempat sampah dengan kegiatan untuk putrinya yang sekolahnya tutup. Namun teknologi terbukti menyusahkannya saat pagi hari. “Jika saya membiarkan mereka menyentuh barang elektronik di pagi hari, sikap mereka buruk dan mereka bertengkar,” ujar Perez.
Mereka mulai dengan "rencana perawatan” seperti berpakaian, sarapan, lalu keluar sebentar. Kemudian mereka melakukan "rencana kerja" hari itu meliputi pekerjaan sekolah dan kegiatan tambahan.
Pada sore hari, mereka bersosialisasi dan bermain video gim dengan teman-teman dari jarak jauh, termasuk membuat ranah di MineCraft. Dengan begitu, mereka memiliki ruang undangan khusus untuk nongkrong. Anak-anaknya juga mendapat dosis kecakapan hidup.
3. Berbagi
Maira Wenzel dan suaminya sama-sama bekerja untuk Microsoft. Keduanya telah bekerja dari rumah selama dua pekan. Mereka dapat bekerja bersama di satu kantor kecil. “Kami membuat kantor kecil lagi, tapi itu di tengah ruang bermain anak-anak,” kata Wenzel.
Dia dan suaminya berencana membagi tugas anak berdasarkan kalender kerja mereka. Pada Jumat, hari pertama anak-anak di rumah, Wenzel memperlakukannya seperti hari libur. Ia membiarkan anak-anak bermain video gim dan bersantai sebelum memulai rutinitas.
Namun, dia harus turun tangan untuk menenangkan anak-anaknya. Ketika suami sedang melakukan panggilan konferensi, sementara anak-anak berteriak. “Akhirnya itu akan terjadi pada semua orang,” ujar dia.
4 Harapan yang realistis
Tidak ada keuntungan profesional untuk berpura-pura hal-hal yang normal. Seorang profesor manajemen dan organisasi di Robert H. Smith School of Business di Universitas Maryland, Nicole Coomber, bekerja di rumahnya di Washington D.C. dengan keempat putranya yang berusia empat hingga sembilan tahun.
“Kami tahu bahwa ketika tim memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dan perasaan aman, mereka tampil lebih baik. Ketika kamu terbuka dengan rekan kerja, itu membantu mereka memahami bahwa mereka juga bisa jujur,” kata Coomber.
Dia mempraktikkan itu ketika membawa keempat putranya hiking, padahal dia memiliki panggilan konferensi. Dengan lebih dari 50 peserta yang hadir, dia menjadi model nyata bagi orang lain dengan mengakui bahwa dia bersama anak-anaknya di luar ruangan.
“Guru anak-anak kita adalah profesional. Aku tidak bisa menjadi guru sekolah dalam semalam. Itu tidak realistis bagi kebanyakan dari kita,” ujar dia.