REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Olimpiade Internasional (IOC) mendapat tekanan dari berbagai pihak untuk menjadwalkan ulang Olimpiade Tokyo 2020.
Asosiasi Olimpiade Inggris, Kanada, Australia dan Amerika sepakat untuk penundaan ajang multievent tersebut. Sementara IOC mengatakan penentuan nasib penyelenggaraannya akan ditentukan dalam empat pekan ke depan, melihat perkembangan penanganan pandemi virus Corona (Covid-19).
Namun, juru bicara perdana menteri Britania Raya, Boris Johnson mendesak IOC untuk segera membuat keputusan definitif. "Atlet menghadapi ketidakpastian yang signifikan dalam lingkungan saat ini. Kesehatan dan keselamatan mereka, bersama dengan penggemar dan pejabat olahraga yang bekerja di Olimpiade benar-benar lebih penting," kata dia dikutip dari Sportsmole, Selasa (24/3).
"Kami ingin Komite Olimpiade Internasional segera membuat keputusan definitif untuk memberikan kejelasan bagi semua yang terlibat," tegas dia.
Olimpiade Tokyo 2020 rencananya akan akan dimulai pada 24 Juli sampai 9 Agustus 2020. Adapun Paralimpiade Tokyo digelar satu bulan setelahnya, yakni 25 Agustus sampai 6 September. Namun, pandemi Corona memaksa semua kegiatan yang melibatkan banyak orang harus dihentikan. Bahkan setiap orang diimbau untuk mengisolasi diri di rumah masing-masing.
Asosiasi Olimpiade Inggris (BOA) mendukung penundaan Olimpiade Tokyo 2020. Inggris tidak mungkin mengirim atletnya sementara fasilitas latihan di berbagai tempat ditutup. Selain itu, Komite Olimpiade dan Paralimpiade Kanada telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan bertanding di Tokyo musim panas ini, dan pihak Australia mengatakan kepada para atlet mereka untuk mempersiapkan penundaan musim panas 2021.
Tim USA mengatakan telah mensurvei atlet-atletnya dengan hampir 93 persen dari 1.780 responden lebih memilih untuk menyaksikan Olimpiade ditunda daripada pembatalan langsung, sementara 68 persen mengatakan bahwa pertandingan tidak dapat dipertandingkan secara adil jika dilanjutkan sesuai jadwal.