Kamis 26 Mar 2020 07:22 WIB

Selamat Jalan Ibunda Teladan

Ibunda Presiden Jokowi, Sujiatmi Notomiharjo, meninggal pada usia 77 tahun di Solo

Ibunda Joko Widodo, Sujiatmi Notomiatdjo.
Foto: ANTARA
Ibunda Joko Widodo, Sujiatmi Notomiatdjo.

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh BINTI SHOLIKAH, DESSY SUCIATI SAPUTRI

Kabar duka datang saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah berfokus menghadapi pandemi penyakit virus korona (Covid-19) di Tanah Air. Ibunda Jokowi, Sujiatmi Notomiharjo, meninggal dunia pada usia 77 tahun di Solo, Jawa Tengah, Rabu (25/3) sore.

Sujiatmi mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Slamet Riyadi, Solo, pukul 16.45 WIB. Presiden Jokowi mengungkapkan, ibunya mengidap penyakit kanker. Namun, Jokowi tak menjelaskan secara spesifik jenis kanker yang diderita sang ibu.

"Ibu sudah empat tahun mengidap sakit, yaitu kanker, dan sudah berobat. Sudah berikhtiar, utamanya ke RSPAD Gatot Subroto, tetapi memang Allah sudah menghendaki," kata Jokowi kepada wartawan di rumah duka, di Jalan Pleret Raya No 9A, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo, Rabu malam.

Presiden Jokowi atas nama keluarga besar memohon doa agar segala dosa-dosa ibunya diampuni Allah SWT dan wafat dalam keadaan husnul khatimah. "Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih," ucap Jokowi mengakhiri pernyataannya.

Presiden beserta Ibu Negara Iriana Jokowi tiba di RS Slamet Riyadi, Solo, pada pukul 18.20 WIB. Tak lama kemudian, jenazah ibunda Jokowi dibawa ke rumah duka dengan ambulans. Jenazah tiba di rumah duka pukul 18.41 WIB.

Jenazah Sujiatmi bakal dimakamkan di permakaman keluarga di Mundu, Selokaton, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, hari ini, Kamis (26/3). Rencananya, pemakaman digelar pukul 13.00 WIB. Ayahanda Jokowi, Notomiharjo, yang meninggal pada 2000 juga dimakamkan di permakaman tersebut.

 Meski sedang berduka, Presiden Jokowi menginstruksikan para menteri Kabinet Indonesia Maju tetap berada di Jakarta dan tidak terbang ke Solo untuk bertakziah. Pesan khusus itu disampaikan Jokowi melalui Menteri Sekretaris Negara Pratikno kepada para menteri dan anggota kabinet.

“Yth para anggota kabinet, arahan Bapak Presiden, pemakaman bersifat intern dan para anggota kabinet tetap bekerja di Jakarta dan fokus pada tugas masing-masing, mohon doanya,” tulisnya.

Pesan tersebut juga diteruskan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Atas instruksi Jokowi tersebut, para menteri dipastikan tetap berada di Ibu Kota di tengah masih begitu banyaknya persoalan akibat Covid-19.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengaku akan tetap di Jakarta sesuai instruksi Presiden setelah menerima pesan tersebut. “Dari Pak Pratikno dan Mas Pramono Anung begitu,” kata Teten.

Ia memberikan dukungan dan doa kepada Presiden Jokowi yang dinilainya telah memberikan teladan baik kepada masyarakat di tengah pandemi Covid-19. "Di tengah duka mendalam yang membutuhkan dukungan moral dari para menteri dan orang-orang terdekatnya, tapi beliau tetap minta kita fokus ke tugas masing-masing,” katanya.

Menurut Teten, hal tersebut patut dicontoh masyarakat. “Acara kedukaan dan pemakaman hingga acara 40 harian di tengah wabah korona sebaiknya dihindari seminimal mungkin agar tidak terjadi kerumunan,” katanya.

Ucapan belasungkawa dan doa dilantunkan berbagai kalangan. Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis menilai ibunda Jokowi memiliki jasa bagi bangsa karena telah melahirkan dan membesarkan anak yang menjadi pemimpin Indonesia.

"Saya mendoakan, mudah-mudahan amal beliau diterima Allah SWT dan diampuni segala dosanya," kata Cholil, Rabu (25/3).

Menurut Cholil, kesuksesan Jokowi tak pernah lepas dari peran ibunya. "Anak sukses lahir dari ibu yang ikhlas, mampu mendidik karakter anak jadi bermanfaat buat orang lain," sebutnya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir turut mengucapkan dukacita atas wafatnya Sujiatmi. Haedar pun turut mendoakan Jokowi agar diberi kesabaran dan kekuatan. Sebab, pada waktu yang sama, Jokowi dan jajarannya tengah berjuang menghadapi pandemi korona.

"Bangsa Indonesia kehilangan atas meninggalnya ibunda Presiden dan ikut mendoakan kepergiannya untuk selamanya ke haribaan Allah," ujar Haedar.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengenang Bu Noto—sapaan akrab Sujiatmi Notomiharjo—sebagai sosok orang tua yang grapyak dan semanak. "Dalam bahasa Indonesia, beliau itu pribadi yang memiliki sikap ramah dan mudah bergaul," kata Ganjar kepada wartawan di Semarang, kemarin.

Menurut dia, Sujiatmi juga merupakan sosok teladan. Sebab, sikapnya terhadap semua orang tidak ada yang berubah meski anaknya telah menjabat sebagai presiden.

Ganjar mengaku sudah mengenal Sujiatmi sejak Jokowi masih menjadi wali kota Solo. Ia pun beberapa kali pernah bertemu dengan almarhumah di acara-acara pengajian di Solo.

Pernah suatu ketika, kata Ganjar, saat ia hendak mencalonkan diri sebagai gubernur Jateng, Sujiatmi hadir di salah satu acara pengajian. Namun, kehadirannya tersebut tidak pernah diketahuinya.

"Tapi, beliau tetap mengikuti acara dan bercampur dengan masyarakat lainnya," ungkap Ganjar.

Menurut Ganjar, kebiasaan Presiden Jokowi yang gemar blusukan dan tidak berjarak dengan masyarakat merupakan turunan dari sang ibu. Bahkan, Ganjar menilai ibunda Jokowi patut dijadikan contoh oleh para ibu.

"Beliau mengajarkan bahwa jabatan merupakan hal biasa saja dan tidak akan pernah bisa mengubah relasi sosial yang sudah ada," kata Ganjar.

(ED: Satria K Yudha)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement