Jumat 27 Mar 2020 22:15 WIB

Faisal Basri Yakin Kemampuan Fiskal Negara untuk BLT Cukup

BLT akan diberikan pada 29,3 juta masyarakat dalam 40 persen kelompok termiskin.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari
Seorang sopir bajai menunggu penumpang dengan mengenakan masker dari tisu di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (26/3/2020). Pemerintah akan menyalurkan insentif berupa bantuan langsung tunai (BLT) untuk mendorong daya beli masyarakat ditengah pandemi virus corona atau Covid-19
Foto: ANTARA/Wahyu Putro
Seorang sopir bajai menunggu penumpang dengan mengenakan masker dari tisu di Pasar Senen, Jakarta, Kamis (26/3/2020). Pemerintah akan menyalurkan insentif berupa bantuan langsung tunai (BLT) untuk mendorong daya beli masyarakat ditengah pandemi virus corona atau Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Faisal Basri optimistis, kemampuan fiskal pemerintah masih cukup untuk melakukan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat. Kini, tantangan terbesar adalah proses identifikasi penerima bantuan dan distribusi agar tepat sasaran.

Faisal menjelaskan, refocusing dan realokasi anggaran yang dilakukan pemerintah terhadap belanja kementerian/lembaga maupun transfer ke daerah sekiranya bisa menutupi kebutuhan untuk BLT. "Masih cukup oke kalau dari segi ketersediaan dana," tuturnya dalam diskusi daring di akun Instagram Indef, Jumat (27/3).

Baca Juga

Faisal memberikan contoh, anggaran yang sebelumnya untuk perjalanan dinas dan pertemuan di hotel sudah dapat menutupi untuk BLT. Selain itu, proyek-proyek pembangunan yang masih dapat ditunda pun bisa direalokasikan guna menjamin jaring pengaman sosial tersebut.

Pelebaran defisit sampai ke batas tiga persen pun masih dapat dilakukan. Jika merujuk pada target defisit terbaru pemerintah, 2,5 persen terhadap PDB, berarti masih ada ruang 0,5 persen untuk mencapai batas maksimal.