REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Mohammad Faqih tak mempermasalahkan pemberian klorokuin pada pasien positif corona. IDI menganggap pemberian klorokuin terbukti manjur untuk sementara ini.
IDI menilai wajar penggunaan klorokuin sebagai alternatif sementara penyembuhan corona. Pasalnya, negara lain pun menggunakan obat serupa sepanjang obat anticorona dan vaksin corona belum ditemukan.
"Secara empiris bagus, bukan hanya dipakai di Indonesia tapi sudah dipakai hampir di semua negara," kata Daeng kepada Republika.co.id, Ahad (29/3).
Empiris yang dimaksud ialah sumber pengetahuan yang diperoleh dari observasi atau percobaan. Penggunaan klorokuin sementara ini terbukti memberi efek positif bagi penderita corona. Ke depannya, tetap diperlukan penelitian lanjutan guna memastikan kemanjuran obat itu untuk melawan virus corona. "Itu (klorokuin) sudah diberikan dalam pelayanan sesuai bukti empiris dan sesuai guideline WHO," ujar Daeng.
IDI memastikan rumah sakit rujukan penyakit corona sudah menerapkan klorokuin dalam metode perawatan pasien corona. "Selama ini memang pasien covid-19 yang dirawat salah satu obat yang diberikan adalah klorokuin," ucap Daeng.
Sayangnya, IDI tak memiliki data terkait jumlah pasien corona yang pulih setelah menerima klorokuin. "Semua datanya di pemerintah," sebut Daeng.
Klorokuin adalah obat yang digunakan guna mencegah dan mengobati malaria. Klorokuin bersifat sisontosida darah dan gametosida P. vivax dan P. malariae. Obat ini kerap diberikan pada penderita malaria di wilayah endemik atau area yang diketahui berisiko tinggi terjangkit malaria.