Ahad 29 Mar 2020 19:13 WIB

Jubir Covid-19: Pemerintah Sudah Tes 6.500 Orang

Hingga Ahad (29/3) jumlah total kasus positif Covid-19 mencapai 1.285 kasus.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Indonesia untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengatakan, pemerintah telah memeriksa sebanyak 6.500 orang terkait virus corona. Hingga Ahad (29/3), jumlah total kasus positif Covid-19 mencapai 1.285 kasus.

"Kita sudah melakukan pemeriksaan pada lebih dari 6.500 orang, dalam kaitannya dengan pemeriksaan ini sekarang kita pahami ada penambahan kasus baru positif sebanyak 130, sehingga jumlah sekarang menjadi 1.285 kasus positif," ujar Achmad dalam konferensi pers di Graha BNPB di Jakarta, yang disiarkan secara daring, Ahad (29/3).

Baca Juga

Penambahan angka kasus positif tersebut, menurut Achmad menggambarkan bahwa di lingkungan masyarakat masih ada kasus positif yang belum melaksanakan isolasi, dan masih ada penularan karena kontak dekat. Karena itu, Achmad meminta masyarakat jaga jarak dalam berkomunikasi sosial, baik dengan orang di luar rumah maupun di dalam rumah.

"Upayakan tetap berada di dalam rumah. Apabila terpaksa keluar rumah, maka jaga jarak, hindari kerumunan, kemudian gunakan masker, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, hindari menyentuh wajah, kemudian praktikkan betul etika saat batuk dan bersin," kata Achmad.

Dia juga meminta masyarakat memahami betul penularan penyakit Covid-19, yakni melalui percikan ludah atau droplet saat seseorang batuk dan bersin. Sehingga, menjaga jarak sangat disarankan, sekurangnya satu meter, sebab droplet dapat terhirup masuk ke saluran napas orang yang sehat, akibatnya akan tertular.

Lebih lanjut, Achmad menjelaskan, droplet dapat jatuh ke benda-benda sekitar yang sering disentuh secara bersama dan tidak sadar disentuh orang lain juga, yang kemudian tanpa mencuci tangan menyentuh wajah. Sehingga, sangat memungkinkan terjadinya pemindahan virus menuju tubuh yang semula sehat.

"Mari sekali lagi kita lindungi yang sakit jangan didiskriminasikan,tapi lindungi dia agar bisa melakukan isolasi di lingkungannya, bukan untuk dikucilkan, tapi untuk dibantu agar dia bisa melakukan isolasi diri dengan sebaik-baiknya," ujar Achmad.

"Kemudian, untuk yang sehat juga harus dilindungi jangan sampai sakit. Ini lah kunci keberhasilan kita untuk menanggulangi penyakit ini," tambah dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement