REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia Tbk merilis laporan keuangan setahun penuh 2019. Pada tahun lalu, emiten berkode saham GIAA tersebut mencatatkan laba bersih senilai 6,98 juta dolar AS atau setara Rp 113 miliar (kurs Rp 16.300 per dolar AS).
Perolehan tersebut meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Pada 2018, Garuda masih membukukan kerugian sebesar 231 juta dolar AS atau setara Rp 3,76 triliun.
Sementara itu, pendapatan usaha perseroan juga mengalami peningkatan sebesar 5,59 persen dari 4,33 miliar dolar AS pada 2018 menjadi 4,57 miliar dolar AS pada 2019. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan pendapatan penerbangan terjadwal dari 3,5 miliar dolar AS menjadi 3,7 miliar dolar AS.
Garuda juga mengalami perbaikan karena terjadi penurunan pada beban usahanya. Pada 2018, beban usaha perseroan tercatat sebesar 4,59 miliar dolar AS dan turun menjadi 4,40 miliar dolar AS pada 2019.
Selain itu, penurunan juga terjadi pada beban operasional penerbangan. Pada 2019, beban operasional penerbangan tercatat turun 6,87 persen menjadi 2,5 miliar dolar AS dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 27 miliar dolar AS.
Di sisi lain, aset perseroan mengalami kenaikan sebesar 7,22 persen dari 4,16 miliar dolar AS per 31 Desember 2018 menjadi 4,45 miliar dolar AS per 31 Desember 2019.