REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Koordinator Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Libya, Yacoub El Hillo, mengutuk pemotongan pasokan air ke ibu kota Tripoli selama sepekan terakhir. Keputusan yang dilakukan kelompok bersenjata itu diharapkan akan segera berakhir.
Awal pekan ini, kelompok bersenjata menyerbu sebuah stasiun pengaturan di Shwerif. Mereka menghentikan air dari pompa serta mengancam para pekerja Proyek Sungai Great Man Made yang memasok air ke sebagian besar Libya.
El Hillo mengatakan kelompok bersenjata itu berusaha menggunakan pemutusan aliran air sebagai tekanan untuk memaksa pembebasan anggota yang ditahan. Pasokan air telah dipotong untuk lebih dari dua juta orang di Tripoli dan kota-kota terdekat.
"Pada saat ini ketika Libya memerangi ancaman pandemi Covid-19, akses terhadap air dan listrik lebih dari menyelamatkan nyawa. Tindakan individu seperti itu untuk secara kolektif menghukum jutaan orang tak berdosa adalah menjijikkan dan harus segera dihentikan," kata Hillo.
Kota Tripoli wilayah yang dipegang Government of National Accord (GNA) telah diserang selama satu tahun oleh Libyan National Army (LNA) Khalifa Haftar yang berbasis di timur. Pertempuran ini telah menempatkan kota dalam krisis dan pasokan listrik juga telah berulang kali dipotong di Tripoli dan beberapa daerah lain selama sepekan terakhir.