REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sebuah kapal survei milik Pemerintah China bersitegang dengan sejumlah kapal asal Vietnam yang bergerak ke arah selatan dekat perairan Malaysia.
Sejumlah pihak menduga, China memanfaatkan situasi pandemi untuk meningkatkan dominasinya di Laut China Selatan. Kapal Haiyang Dizhi 8 sempat terlihat melintas di perairan Vietnam pekan ini tetapi kembali mendekati wilayah itu setelah sempat berada di Laut China Selatan, perairan yang kaya sumber daya alam, pada tahun lalu.
Temuan itu diyakini dapat jadi awal ketegangan dunia, mengingat Amerika Serikat mulai ikut menentang dominasi China di perairan tersebut. Kapal milik China itu diduga memulai survei di perairan sepanjang 352 kilometer (218 mil) dari lepas pantai Brunei Darussalam dan Malaysia, Kamis (16/4), demikian data dari Marine Traffic, laman pelacak jalur pelayaran.
Kawasan tersebut masuk ke dalam wilayah utara zona ekonomi eksklusif (ZEE) Malaysia dekat dengan perairan yang diklaim Vietnam dan Malaysia. Kapal penjaga pantai Malaysia, KM Pekan, membayangi kapal survei China itu, kata seorang pejabat bidang maritim Malaysia. Ia menolak disebut namanya karena isu tersebut dinilai sensitif.
Tujuh kapal penjaga pantai China mengawal Haiyang Dizhi 8 selama berlayar, kata dua narasumber yang mengetahui isu itu. Salah satu dari mereka mengatakan, Angkatan Laut Malaysia mengawasi situasi tersebut.
Namun, Kementerian Luar Negeri di Malaysia, Brunei, dan China, belum menanggapi pertanyaan terkait masalah itu. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China, pada Rabu (15/4), mengatakan kapal itu melakukan kegiatan yang wajar. Ia menuduh pejabat Amerika Serikat memanfaatkan isu ketegangan di Laut China Selatan untuk menyebar kabar buruk terhadap Beijing.
Haiyang Dizhi 8 melintas di Laut China Selatan di tengah banyaknya aktivitas pembatasan yang ditetapkan negara-negara di Asia Tenggara demi menekan penyebaran virus corona (SARS-CoV-2), penyebab COVID-19.
Departemen Luar Negeri AS mendesak Beijing untuk fokus memerangi pandemi dan "berhenti mengeksploitasi gangguan atau kerentanan negara lain guna memperluas klaim tidak berdasar terhadap Laut Cina Selatan."
"Sembilan garis imajiner" yang berbentuk U, jadi dasar klaim China menguasai sebagian besar wilayah Laut China Selatan, yang turut diklaim oleh Malaysia, Vietnam, dan Brunei.
Lembaga think-tank di Washington, Asian Maritime Transparency Initiative (AMTI), pada tahun ini mengatakan, China berhasil mempertahankan kedudukannya di Luconia Shoals, wilayah lepas pantai di Serawak, Malaysia. Setidaknya satu kapal penjaga pantai China sempat berlayar selama berminggu-minggu di perairan dekat anjungan minyak Vietnam yang dikelola perusahaan asal Rusia, Rosneft, pada tahun lalu. Sementara itu, Haiyang Dizhi 8 dicurigai melakukan survei eksplorasi minyak di wilayah ZEE Vietnam.