REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Lebih dari 200 petugas medis yang bekerja di rumah sakit pemerintah dan swasta Mumbai meninggal dunia akibat infeksi virus corona jenis baru atau Covid-19. Hal itu meningkatkan kehawatiran mengenai persediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis.
Wakil Presiden Masyarakat Penelitian Klinis Keperawatan, Swati Rane, mengatakan, sumber utama infeksi bukan dari bangsal perawatan pasien virus corona, melainkan bangsal non-Covid-19. Menurut dia, para staf medis yang bekerja di bangsal non-Covid-19 tidak memiliki APD.
"Sumber utama infeksi hari ini bukanlah bangsal Covid-19 melainkan bangsal non-Covid-19, ruang operasi, dan ruang gawat darurat di rumah sakit. Staf yang bekerja di sana tidak memiliki alat pelindung diri (APD), berbeda dengan mereka yang bekerja di bangsal Covid-19," ujar Rane kepada Aljazirah.
Rane mengatakan, pasien dengan gejala virus corona yang mengunjungi bangsal non-Covid-19 dapat menimbulkan risiko lain dan bisa menjadi carriers atau pembawa virus. Banyak dari mereka biasanya datang tanpa gejala dan melakukan kontak dengan staf medis yang bekerja di bangsal non-Covid-19.
"Mereka kemudian pergi ke bangsal lain dan bertemu dengan staf rumah sakit lain, dan tidak tahu bahwa mereka pembawa. Banyak perawat tinggal di asrama. Mereka bahkan menonton TV bersama. Bahkan, jika salah satu dari mereka terinfeksi, itu membuat semua orang rentan terhadap virus corona," ujar Rane.
Pada 5 April, lima organisasi yang mewakili pekerja medis menulis surat kepada komisioner Kota Mumbai, Praveen Pardeshi. Mereka menyatakan keprihatinannya atas peningkatan infeksi virus corona di kalangan petugas kesehatan kota tersebut.
Mumbai telah menjadi episentrum penyebaran virus corona, dengan lebih dari 2.000 kasus dan lebih dari 100 kematian. Sementara itu, secara keseluruhan, jumlah kasus infeksi virus corona di India mencapai lebih dari 16 ribu dengan 519 kematian.