REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi VIII DPR RI Yandri Susanto mengomentari mundurnya dua staf milenial Presiden. Ia menilai mundurnya dua staf ahli Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Belva Devara dan Andi Taufan menunjukkan mereka belum pantas menduduki posisinya.
"Ya terbukti mereka belum pantas duduk sebagai stafsus dan cendrung gagal paham, Pak Jokowi harus lebih selektif lagi kalau merekrut stafsus, tapi kita apresiasi sikap mereka mau mundur setelah menuai polemik di publik," kata Yandri, Jumat (24/4).
Yandri juga menilai, semua stafsus presiden yang tak membantu Presiden, bahkan cenderung merepotkan kinerja Presiden sebaiknya mundur. Ia lebih lanjut juga mempertanyakan kembali kinerja para stafsus millenial ini.
"Ya kalau cenderung ngerepotin Presiden bukannya membantu ya lebih baik mundur saja, selama ini tupoksi mereka nggak jelas juga," ujar Sekretaris Fraksi PAN ini.
Dua stafsus Jokowi resmi mengundurkan diri, yakni Belva Devara dan Andi Taufan Garuda setelah menuai polemik.
Andi Taufan terlibat kasus surat ke Camat. Ia membuat surat berkop Sekretariat Kabinet dan disebar ke camat di berbagai wilayah Indonesia.
Surat dengan Nomor : 003/S-SKP-ATGP/IV/2020 itu berisi permintaan dukungan terkait program Relawan Desa Lawan Covid-19 dari PT Amartha Mikro Fintek (“Amartha”). Andi Taufan merupakan CEO perusahaan tersebut.
Sedangkan, Belva terkait dengan perkara penunjukkan Ruangguru sebagai mitra kartu Prakerja Jokowi. Posisi Belva sebagai CEO Ruangguru dan stafsus Presiden menuai kecaman publik. Terlebih, penunjukkan Ruangguru sendiri dinilai tak terbuka.